Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
Harga minyak langsung turun di bawah US$ 25 per barel untuk pertama kalinya sejak 2003. Apalagi Arab Saudi juga mengatakan bahwa mereka akan terus memproduksi pada rekor tertinggi selama beberapa bulan mendatang. Hal inilah yang membuat harga minyak kembali dalam tekanan.
Dalam kurun waktu 10 hari terakhir, Arab Saudi terus memberikan informasi bahwa akan ada pertarungan harga dan peningkatan produksi yang membuat harga minyak akan mengalami penurunan.
Baca Juga: Investor asing mulai koleksi BBCA, ini 10 saham yang diborong asing, Rabu (18/3)
Arab Saudi berjanji akan memproduksi minyak lebih banyak lagi selama beberapa bulan mendatang. Minyak sekarang sudah turun lebih dari 45%, sejak kesepakatan OPEC+ tidak menemui kesepakatan.
Dari sisi Rusia saat ini mereka mengatakan bahwa mereka siap untuk menerima rasa sakit ini, karena ini bukan yang pertama kalinya. WTI pada akhirnya turun sebanyak 24% menjadi US$20,37 per barel, terendah sejak Februari 2002.
Sedang Brent turun 13% menjadi US$24,88 per barel ini merupakan yang terendah sejak 2003 lalu. Dari perhitungan Goldman Sachs mereka mengatakan bahwa konsumsi akan turun sebanyak 8 juta barel per hari, bahkan Citibank mengatakan bahwa harga Brent bisa berada di US$ 17 per barel atau lebih rendah dari kuartal ke 2.
Baca Juga: IHSG masih tertekan, ini 10 daftar saham yang dilepas asing kemarin, Rabu (18/3)
Dalam menghadapi dampak perekonomian dalam negeri dari penyebaran wabah virus corona Pemerintah Indonesia kembali berencana mengeluarkan kebijakan stimulus fiskal jilid III.