Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
“Ke depannya saya melihat secara jangka panjang yield akan segera kembali normal. Hal ini dikarenakan demand pasar akan masih cukup stabil dan pemerintah juga tidak sembarangan menyerap,” tambah Adi.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana juga memiliki pandangan yang serupa. Kenaikan yield belakangan ini merupakan efek sesaat dari jumlah supply surat utang yang meningkat. Namun, di saat yang sama Fikri menyebut yield global yang cenderung menurun akan membuat pergerakan yield SUN akan cenderung stabil ke depannya.
Baca Juga: Pemerintah akan melelang lima seri SBSN dengan target Rp 8 triliun pada 5 Mei
“Selama jumlah supply-demand bergerak dengan elastisitas yang hampir sama, yield shock hanya akan terjadi dalam jangka pendek. Bahkan saya cenderung melihat hal tersebut sudah terlewati,” terang Fikri.
Oleh karena itu, Fikri menilai dengan kecenderungan likuiditas domestik dan global yang longgar, sementara peak kenaikan yield sudah lewat, ia optimistis yield SUN perlahan malah akan cenderung makin menurun.
Sedangkan Adi juga optimistis yield untuk acuan 10 tahun akan berangsur turun dan pada akhir tahun nanti bisa berada di area 7,25%.
Baca Juga: Masih lebih tinggi dari US Treasury, Gubernur BI: Yield SBN masih menarik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News