Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten perkebunan dan pengolahan kelapa sawit menorehkan kenaikan pendapatan pada kuartal I dan kuartal II tahun ini. Berdasarkan data yang Kontan.co.id himpun, sepuluh emiten penghasil crude palm oil (CPO) mencatatkan rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 17,8% secara tahunan pada Januari-Juni 2020.
Sementara itu, bottom line emiten CPO pada semester 1-2020 masih variatif. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) membukukan kenaikan laba bersih, serta PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) berhasil membalikkan rugi jadi untung.
Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) pangkas target marketing sales tahun ini jadi Rp 2,5 triliun
Sebaliknya, laba bersih PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) tercatat turun. Bahkan, PT Mahkota Group Tbk (MGRO) mencatatkan kenaikan rugi.
Sedangkan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) masih membukukan kerugian meski nilainya mengecil.
Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia mengatakan, kinerja emiten CPO sejalan dengan estimasinya. Peningkatan ini seiring dengan harga CPO yang telah menunjukkan pemulihan dari yang sebelumnya sempat berada di bawah MYR 2.000 per metrik ton, kini telah kembali ke level MYR 2.643 per metrik ton.
Sementara itu, untuk beberapa emiten yang mencatatkan tekanan pada bottom line meski pendapatan naik, penyebabnya adalah adanya rugi pada kurs mata uang asing. Contohnya adalah BWPT dan SMAR.
Baca Juga: Ini ke-46 emiten yang belum umumkan laporan keuangan kuartal I-2020
Pendapatan kedua emiten ini terpangkas oleh rugi dari nilai tukar mata uang yang pada semester 1-2019 masih mencatatkan keuntungan. "Bahkan, BWPT berhasil melakukan efisiensi pada beban pokok penjualan sebesar 9,05% year on year pada semester 1-2020," kata Catherina kepada Kontan.co.id, Rabu (12/8).
Untuk semester 2-2020, ia memperkirakan kinerja emiten CPO masih akan meningkat. Mengingat, adanya dukungan dari faktor cuaca berupa curah hujan yang lebih tinggi menjelang akhir tahun sehingga akan berdampak positif pada produksi minyak sawit.
"Di samping itu, ada peningkatan permintaan yang didukung oleh membaiknya ekonomi di negara-negara pengimpor CPO, seperti India dan China," ungkap dia.
Baca Juga: Bank Yudha Bhakti (BBYB) tebar dividen hingga Rp 1,6 miliar, simak jadwalnya
Kemudian, untuk saham-saham CPO, Catherina menuturkan bahwa berdasarkan historikal heatmap selama lima tahun, rebound biasanya terjadi pada bulan Agustus.
Rata-rata kenaikannya dalam lima tahun ke belakang adalah sebesar 7,42%. Akan tetapi, MNC Sekuritas masih mempertahankan prospek netral terhadap industri perkebunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News