kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.290   0,00   0,00%
  • IDX 7.257   75,31   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   13,85   1,31%
  • LQ45 846   11,73   1,41%
  • ISSI 216   3,00   1,41%
  • IDX30 435   5,37   1,25%
  • IDXHIDIV20 520   7,40   1,44%
  • IDX80 122   1,62   1,34%
  • IDXV30 124   0,62   0,50%
  • IDXQ30 143   2,07   1,47%

Analis: Perang dagang AS-China jadi pemberat laju harga minyak


Kamis, 09 Mei 2019 / 18:19 WIB
Analis: Perang dagang AS-China jadi pemberat laju harga minyak


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terkoreksi pada perdagangan hari ini. Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi menilai eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang dikhawatirkan kembali terjadi tampaknya menjadi sentimen penggerak harga minyak.

Rabu (9/5) pukul 16.41 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2019 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 61,99 per barel, turun 0,2% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 62,12 per barel.

Meski semalam Energy Information Administration (EIA) melaporkan pengurangan persediaan minyak mentah AS yang signifikan, namun hal ini sepertinya tidak membuat harga minyak bergerak menguat dan cenderung melemah.

Semalam, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan tetap menaikkan tarif impor China sebesar 25% karena Trump menilai China masih melanggar kesepakatan yang merugikan AS. 
Kekhawatiran terus meningkat setelah Trump juga mengatakan bahwa dia tidak masalah jika perang dagang ini terus berlanjut karena dirinya melakukan itu untuk melindungi perekonomian AS.

“Perang dagang turut menjadi katalis penggerak harga minyak karena ini menimbulkan kekhawatiran perlambatan ekonomi global yang berdampak pada berkurangnya permintaan terhadap minyak mentah,” kata Dini dalam analisisnya, Kamis (9/5).

Menurutnya potensi pelemahan harga minyak selanjutnya jika mampu tembus US$ 61,10 per barel, maka harga berpeluang besar lanjut melemah mengincar area US$ 60,60 per barel di mana resistance terdekat di US$ 62,10 per barel. “Selama bergerak di bawah level tersebut, harga minyak berpotensi melemah,” tutur Dini.

Untuk perdagangan selanjutnya Dini memprediksi harga minyak bakal berada di level support antara US$ 61,10, US$ 60,60, dan US$ 60,00 per barel. Sementara level resistance antara US$ 62,10, US$ 62,40, dan US$ 62,80 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×