kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,87   4,27   0.43%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis memproyeksikan potensi penguatan tipis rupiah jelang rapat dewan gubernur BI


Minggu, 21 Oktober 2018 / 11:34 WIB
Analis memproyeksikan potensi penguatan tipis rupiah jelang rapat dewan gubernur BI
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah


Reporter: Disa Ayulia Agatha | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah secara tidak terduga kembali menunjukkan penguatannya di akhir perdagangan pada pekan lalu. Mata uang Garuda tersebut terdorong 0,05% ke level Rp 15.187 per dollar Amerika Serikat (AS).

Bila dilihat dalam sepekan, rupiah ternyata juga mengalami penguatan tipis 0,07%. Tetapi keadaan sebaliknya terjadi dalam data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah malah menurun 0,22% menjadi Rp 15.221 per dollar AS atau dalam sepekan terkoreksi sebesar 0,18%.

Penguatan ini diduga kuat disebabkan oleh respon pelaku pasar yang masih condong pada berbagai sentimen positif seperti surplus pada neraca perdagangan serta perkiraan defisit fiskal tahun ini yang bisa lebih rendah di kisaran 1,83%-2,04%.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan pergerakan rupiah pada Senin (22/10) masih dipengaruhi sentimen eksternal khususnya pasar yang menunggu data Produk Domestik Bruto (PDB) AS. “Datanya dapat mengkhawatirkan karena bisa memposisikan dollar di atas angin,” ujar Lukman.

Apalagi mengingat pada akhir pekan lalu adanya pengaruh besar respon pelaku pasar terhadap notulen Federal Open Market Committee(FOMC) Minutes di mana Federal Reserve berpotensi melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga acuan hingga tahun depan.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan selain hasil notulen FOMC, masih ada perhatian pasar seputar ketegangan diplomatik antara AS dengan Arab Saudi terkait dengan kenaikkan harga minyak.

“Juga ada kekhawatiran datang dari Italia yang tetap mempertahankan defisit anggarannya di atas aturan Uni Eropa,” kata David. Ketegangan di benua Eropa ini juga dinilai ikut mendongkrak posisi dollar terhadap mata uang dunia.

Dari dalam negeri, para pelaku pasar juga menunggu pengumuman BI rate yang rencananya akan dikeluarkan pada 23 Oktober 2018 mendatang dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI. Dalam rapat kali ini volatilitas rupiah dan strategi BI akan menjadi perhatian tersendiri.

Untuk Senin (22/10), Lukman memperkirakan pergerakan rupiah dalam rentang kecil di kisaran Rp 15.175-Rp 15.225 per dollar AS. Sedangkan David memproyeksikan rupiah berpotensi menguat tipis berada di antara level Rp 15.150-Rp 15.220 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×