Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor konstruksi masih terpukul pandemi Covid-19 hingga September 2020, baik dari segi pendapatan, laba bersih maupun perolehan kontrak baru. Tekanan ini juga dialami oleh perusahaan pelat merah dan swasta.
Penurunan pendapatan paling dalam sejauh ini dialami oleh PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS), dari berhasil mengantongi pendapatan Rp 631,35 miliar di kuartal III-2019, menjadi hanya mengantongi Rp 155,21 miliar di kuartal III-2020.
Kerugian yang dialami TOPS juga membengkak dari Rp 29,22 miliar menjadi rugi Rp 68,38 miliar.
Baca Juga: IHSG berseri naik 1,86% pada sesi I, meski ekonomi Indonesia masuk resesi
Analis NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika Hapsari menjelaskan, kinerja kuartal III-2020 ini bisa dibilang berada di bawah estimasi. Namun di kuartal IV-2020 sektor industri diproyeksikan bakal mengalami perbaikan terutama dari perolehan kontrak baru.
Di mana pada akhir tahun, biasanya emiten konstruksi menggenjot perolehan kontrak baru untuk dikerjakan tahun selanjutnya.
"Selain itu, pengerjaan proyek konstruksi yang mulai berangsur normal pada kuartal tiga masih dapat berlanjut pada kuartal IV-2020 dengan harapan pandemi segera mereda, sehingga pengerjaan proyek dapat kembali normal seperti sebelum pandemi," jelas Ajeng saat dihubungi Kontan, Kamis (5/11).
Baca Juga: IHSG Hari Ini (4/11) Bisa Kembali Menguat, Saham Konstruksi Pelat Merah Akan Rebound?
Kemudian pada 2021 kinerja akan tumbuh lebih baik secara tahunan walaupun masih akan sulit untuk kembali ke kondisi sebelum pandemi. Ajeng memprediksi kinerja pendapatan dan laba dapat tumbuh 10% hingga 18% dari pencapaian tahun ini. Didorong oleh anggaran APBN 2021 untuk infrastruktur yang meningkat sehingga penyerapannya diharapkan dapat lebih maksimal.
"Harapan akan pulihnya ekonomi Indonesia pada 2021 pun memungkinkan munculnya proyek-proyek konstruksi baru, sejalan dengan difokuskannya kembali pengerjaan proyek strategi nasional oleh pemerintah," jelas dia.
Untuk emiten konstruksi hingga saat ini, Ajeng masih merekomendasikan untuk memilih hold emiten dengan market share yang besar terlebih dahulu karena kinerja pada kuartal III-2020 rata-rata di bawah ekspektasi.
Baca Juga: Berupaya perbaiki kinerja, ini strategi Wijaya Karya (WIKA)
Investor perlu melihat dulu kinerja akhir tahun hingga awal tahun depan, biasanya pada akhir tahun akan ada aliran dana segar hasil pembayaran proyek yang telah rampung dikerjakan.
"Karena kami lihat sektor konstruksi saat ini masih belum stabil, kami cenderung untuk merekomendasikan saham konstruksi BUMN yang sebagian besar proyeknya bersumber dari pemerintah dan BUMN lain," jelas Ajeng.
Selanjutnya: Harga emas siang ini di Pegadaian, Kamis 5 November 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News