kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Analis: Materi pasar modal harus jadi kurikulum


Minggu, 03 Januari 2016 / 15:40 WIB
Analis: Materi pasar modal harus jadi kurikulum


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Iklim investasi pasar modal Indonesia memang masih belum menggembirakan. Bayangkan, dari sekitar 250 juta populasi hanya ada 434 ribu masyarakat yang menanamkan modalnya di bursa.

Indonesia bisa dibilang jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Saat ini, rasio antara jumlah investor dan jumlah penduduknya kurang dari 0,5%.

Negara tetangga Singapura, rasio antara jumlah investor dengan jumlah penduduknya sudah melebihi 3% dan India sudah mencapai 10% padahal dari jumlah penduduk jauh lebih besar dari Indonesia. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, BEI diminta untuk melobi kementerian, khususnya Kemendikbud, untuk memasukan mata pelajaran pasar modal di kurikulum.

Lucky Bayu Purnomo, Analis LBP Enteprise mengatakan bahwa langkah ini akan memudahkan bursa dalam menjalankan perannya untuk melakukan edukasi dalam rangka menciptakan investor baru. Pasalnya, dengan adanya kurikulum di sekolah-sekolah akan memberikan pemahaman dini kepada generasi muda untuk lebih mengerti pasar modal.

"Tentu BEI memiliki dua tanggungjawab, yaitu meningkatkan jumlah investor dan kedua, meningkatkan jumlah emiten. Dari sisi investor sendiri saya kira pengetahuan investor saat ini masih sangat minim sehingga tugas dan tanggungjawa bursa itu, untuk memberikan edukasi, himbauan atau pengetahuan," ujarnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan bahwa sudah saatnya kini Bursa melakukan konsolidasi kepada kemendikbud dan Kemendikti untuk memasukan kurikulum pasar modal. Dengan begitu, pertumbuhan investor akan sejalan dengan pengetahuan dasar yang dimiliki sehingga bursa akan lebih efektif memberikan edukasi.

"Konsolidasi pihak Bursa terhadap lintas lembaga pendidikan dan sebagainya perlu ditingkatkan. Dan Bursa harus bisa melobby Kementerian Pendidikan dan Dikti untuk menyadur ulang kurikulum agar mencipatakan masyarakat yang mandiri," ujarnya kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.

Berkaca kepada negara tetangga, Singapura dan Thailand yang sudah memasukkan kurikulum pasar modal ke sekolah-sekolah tingkat menengah, Indonesia juga harus bisa mengimplementasikan hal serupa agar ke depan iklim pasar modal Indonesia semakin menarik.

"Ya kan kita masih ketinggalan, Singapura dan Thailand saja sudah melakukan ini," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×