Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
Pada tahun 2024, Samuel Sekuritas mengestimasikan pendapatan dan EBITDA MTEL akan tumbuh masing-masing 8,2% YoY menjadi Rp 9,3 triliun dan 9,5% YoY menjadi Rp 7,51 triliun.
Hal ini didukung potensi penambahan sekitar 4.000 tenant (7% YoY) yang mayoritas berasal dari kolokasi sehingga rasio kolokasi berpotensi naik menjadi 1,59x.
"Hal ini tentu didukung iklim telekomunikasi yang lebih baik, selesainya konsolidasi IOH dan H3I, serta semakin banyaknya penggunaan 5G di Indonesia," tutur kedua analis Samuel Sekuritas tersebut.
Merujuk riset tanggal 18 Desember 2023, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christopher Rusli dan Jonghoon Won mengatakan, ekspansi fiber optic dan menara menjadi pendorong pertumbuhan MTEL. Pada sembilan bulan pertama 2023, sewa menara menyumbang 83% dari total pendapatan MTEL dengan fiber menyumbang 2%, menandai peningkatan 7% YoY.
Dengan jaringan fiber yang berkembang pesat sepanjang lebih dari 29 ribu km, termasuk akuisisi baru-baru ini, MTEL dinilai siap untuk melengkapi operator seluler dengan konektivitas yang mereka idamkan.
Dengan infrastruktur fiber MTEL, operator seluler dapat memperoleh aliran data yang lancar, jaringan dengan lebih sedikit gangguan, dan penghematan biaya berkat teknologi fiber yang efisien.
Win-win scenario ini memperkuat kepemimpinan pasar MTEL dan membuka pintu bagi perjanjian penyewaan fiber optic yang menguntungkan karena permintaan data terus meningkat. Jadi, seiring dengan pergeseran lanskap seluler menuju fiber, MTEL berdiri di garda depan, siap menghubungkan Indonesia dengan internet masa depan.
Ketiga sekuritas ini merekomendasikan buy MTEL dengan target harga yang berbeda-beda. Indo Premier Sekuritas menetapkan target harga Rp 870 per saham dan Samuel Sekuritas Rp 875 saham untuk jangka waktu 12 bulan ke depan.
Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan trading buy MTEL dengan target harga Rp 940 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News