kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis: Kinerja oke, saham Indofood (INDF) & Indofood CBP (ICBP) maintain buy


Rabu, 31 Juli 2019 / 19:59 WIB
Analis: Kinerja oke, saham Indofood (INDF) & Indofood CBP (ICBP) maintain buy


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) di semester pertama dinilai oleh analis sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.

Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana bahkan menyebut, kinerja INDF lebih daripada ekspektasi. “Pasalnya, INDF diperkirakan akan tertekan lantaran harga crude palm oil (CPO) belum pulih,” terang Wawan kepada Kontan.co.id, Rabu (31/7).

Baca Juga: Laba London Sumatra (LSIP) merosot 95% akibat penurunan harga jual

Sebagaimana diketahui setidaknya ada dua entitas anak INDF yang tercatat di bursa yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Di semester satu ini SIMP mencatatkan kerugian Rp 310,18 miliar. Penjualan SIMP turun tipis 0,83% dari Rp 6,55 triliun di tahun 2018 menjadi Rp 6,50 triliun di semester pertama tahun ini.

Laba LSIP tertekan hingga 95%. Semester satu tahun ini, LSIP membukukan laba sebesar Rp 10,48 miliar dari laba semester pertama tahun lalu Rp 224,92 miliar.

Baca Juga: Semester I-2019, kinerja Indofood Sukses Makmur (INDF) dan Indofood CBP (ICBP) moncer

Meski begitu, tekanan pada komoditas crude palm oil (CPO) bagai pedang bermata dua bagi grup Indofood. Analis BNI Sekuritas William Siregar mengatakan, sejatinya INDF bisa meraup berkah dari turunnya harga sawit. “Ongkos bahan baku bisa lebih minim,” kata William kepada Kontan.co.id, Rabu (31/7).

William menyebut, lini bisnis agrikultur INDF tidak terlalu signifikan. Kontribusinya hanya sekitar 19%-20% dari total lini bisnisnya. “Sehingga meski turun, ada entitas anak lain seperti Bogasari dan ICBP yang kontribusinya lebih besar dan mengalami pertumbuhan,” kata William.

Meski begitu, keduanya sepakat prospek INDF dan ICBP masih cerah hingga akhir tahun nanti. Wawan misalnya mengatakan, INDF diuntungkan dengan model bisnis konglomerasi yang holistik. “Mereka menguasai mulai dari bahan baku, produksi, hingga distribusi produk,” jelasnya.

Senada dengan Wawan, William mengatakan faktor ekonomi makro yang masih cenderung stabil juga bisa jadi katalis positif. “Saya proyeksikan daya beli, inflasi dan kurs rupiah masih stabil. Hal-hal itu bisa menjaga konsumsi dalam negeri yang praktis mendorong penjualan INDF,” jelasnya.

Baca Juga: Meski Tertekan Harga CPO, Laba Indofood (INDF) Mampu Melejit 30,1%

William juga mengatakan, baik INDF dan ICBP merupakan emiten dari sektor fast moving consumer goods (FMCG) yang kinerjanya cukup baik. “Saya lihat, emiten lain kinerjanya cukup flat. Tapi kedua emiten ini cukup baik,” ungkapnya.

Dengan segala ulasan tersebut, baik Wawan dan William masih merekomendasikan kedua saham tersebut. “Valuasi INDF masih menarik. ICBP sudah mahal tapi defensif untuk jangka panjang,” tutur Wawan.

Baca Juga: Anthoni Salim: Penjualan dan Laba Bersih Indofood CBP (ICBP) Tumbuh Double Digit

William merekomendasikan maintain buy untuk kedua saham emiten Salim Group tersebut. “Target price INDF Rp 8.000, sedangkan ICBP Rp 10.950,” jelasnya.

Hari ini, harga saham INDF menguat 2,54% ke Rp 7.075 per saham. Sedangkan harga saham ICBP menguat 0,71% ke Rp 10.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×