Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbaikan harga nikel global rupanya masih belum mampu mengangkat kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada tahun lalu. Walaupun berhasil membukukan perolehan laba bersih US$ 4,4 juta pada kuartal terakhir, tetapi secara tahunan tetap menelan kerugian US$ 15,27 juta.
Perusahaan harus menanggung kenaikan beban operasi karena menguatnya harga batubara dan minyak. Meski begitu sentimen negatif tersebut diperkirakan bakal mulai mereda pada tahun ini. Kinerjanya diyakini akan membaik seiring dengan tren positif penguatan harga nikel global.
Mengutip investing.com, Rabu (7/2) pukul 14.45 WIB, sejak awal tahun, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) telah menguat 6,68%.
Sukisnawati Puspitasari, analis PT MNC Sekuritas memproyeksikan emiten ini bisa membukukan laba pada 2018. Bahkan, ia optimistis perolehan pertumbuhan laba bersih INCO mencapai double digit. Dalam perhitungannya, laba bersih tahun ini akan sebesar US$ 75,6 juta dan pendapatan mencapai US$ 785 juta.
“INCO masih bisa membukukan kinerja positif didorong dari penguatan harga nikel dan permintaan yang masih besar,” paparnya kepada Kontan.
Terkait beban operasional yang sempat menahan kinerja, Sukisnawati melihat pada tahun ini tekanannya tidak akan seperti tahun lalu. Menurutnya, penguatan harga batubara dan minyak akan melambat tahun ini. Mulai awal Februari, harga emas hitam cenderung menunjukkan pelemahan. Diperkirakan tahun ini harganya hanya akan bergerak di kisaran US$ 85,88-US$ 100 per metrik ton.
“Sebaliknya nikel harganya terus menguat,” ujarnya.
Selain itu, INCO juga masih diuntungkan dengan tingkat utang yang rendah. Dalam laporan keuangan tahun 2017, total liabilitas turun US$ 390,9 juta menjadi US$ 365,19 juta. Pinjaman bank untuk jangka pendek sebesar US$36,74 juta dan jangka panjang sebesar US$ 36,3 juta.
Meski begitu, ia tetap mengingatkan INCO perlu mewaspadai pegerakan harga batubara dan regulasi pemerintah. Keputusan pemerintah yang melonggarkan ketentuan ekspor nikel dengan kadar di bawah 1,7%, dikhawatirkan berpeluang menambah pasokan nikel global. Jika jumlahnya semakin banyak itu bisa menahan laju penguatan harga.
Sukisnawati merekomendasikan buy saham INCO pada harga Rp 3.620 per saham. Walaupun sejak awal Maret harga sahamnya terus melemah, tetapi ia melihat ada peluang untuk berbalik menguat.
Price earning ratio (PER) juga diperkirakan akan terus membaik. Tahun ini PER diproyeksikan pada level 35,5x, dan tahun depan bisa menjadi 24,77x.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News