kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Vale Indonesia akan menggandeng investor strategis


Kamis, 15 Februari 2018 / 08:12 WIB
Vale Indonesia akan menggandeng investor strategis


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga nikel mendorong PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melanjutkan proyek yang tertunda. Salah satunya, rencana pembangunan di sekitar wilayah eksplorasi nikel Bahodopi, Sulawesi Selatan dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Dalam catatan manajemen INCO, konsensus analis menyebutkan harga nikel tahun ini akan bergerak di kisaran US$ 12.000 per ton. Artinya, akan ada kenaikan harga nikel sebesar 20% dari harga rata-rata pada 2017.

"Saat harga nikel turun dua dan tiga tahun terakhir, banyak proyek yang ditunda," tutur Direktur Keuangan INCO Febriany Eddy kepada KONTAN, belum lama ini. Nah, saat harga nikel membaik pada tahun ini, tak menutup kemungkinan emiten tersebut akan melanjutkan proyek-proyek yang tertunda.

Febriany juga menyebutkan bahwa INCO tengah menjajaki beberapa calon mitra potensial untuk mengembangkan wilayah eksplorasi nikel di Bahodopi dan Pomalaa. Nantinya, INCO berencana membentuk kerjasama dengan skema joint venture (JV) bersama mitra potensial yang terpilih. "Kami akan membentuk JV karena proyeknya akan besar sekali," ungkap Febriany.

Meski demikian, dia mengklaim masih belum bisa merinci besaran investasi yang dibutuhkan untuk menuntaskan proyek tersebut. Menurut Febriany, jenis pabrik apa yang akan dibangun, seberapa besar kapasitas pabrik nantinya, jumlah suplai bijih nikel yang dibutuhkan, serta besaran harga yang ditetapkan nantinya, masih dalam proses evaluasi.

Saat ini proses evaluasi yang dilakukan sudah mencapai evaluasi teknis. Targetnya, akhir tahun ini INCO sudah bisa menetapkan opsi mana yang dipilih, dari semua tawaran-tawaran kerjasama yang masuk. "Kalau akhir tahun bisa mengerucut, tahun depan kami bisa fokus di bankable feasibility study," ujar Febriany.

Yang jelas, saat ini, ada beberapa calon mitra yang telah menunjukkan minat untuk menggarap kawasan eksplorasi nikel tersebut. "Ada beberapa dari China dan negara barat. Kalau untuk pembangunan smelter, mayoritas dari asing," imbuh Febriany.

Harga saham INCO terus menanjak. Pada transaksi kemarin, harga INCO ditutup naik 0,55% menjadi Rp 3.630 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×