Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah kehilangan 1,94% menjadi 3.881,882 pada penutupan sesi I. Berdasarkan data Bloomberg, saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) merupakan saham yang paling besar menyumbang penurunan indeks sebesar 12 poin. Sementara, saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menyumbang penurunan 5,67 poin dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyumbang penurunan 5,28 poin.
Menurut Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo, penyebab aksi jual yang melanda pasar saham Indonesia saat ini adalah tingkat ketidakpastian yang tinggi. Sebab, "Yang paling penting bagi investor itu adalah kepastian, di mana risiko bisa dikalkulasikan. Hal ini yang nantinya akan mendorong aksi beli investor," jelasnya kepada KONTAN.
Salah satu penyebab ketidakpastian di Indonesia, lanjut Tomi, adalah keputusan mengenai kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah. Menurutnya, hingga saat ini, pemerintah terkesan plin plan dengan penentuan kenaikan BBM. "Jika memang naik, kapan akan dinaikkan dan mulai kapan berlakunya. Keputusan ini yang ditunggu-tunggu investor," jelasnya.
Apalagi, harga minyak jenis WTI terus menanjak naik. Posisi terakhir, harga minyak WTI berada di posisi US$ 108 per barel. Tomi menghitung, secara teknikal, harga minyak akan bergerak di kisaran US$ 110 - US$ 112 sebarel untuk jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang, harga minyak bisa melewati rekor tertingginya di level US$ 114,8.
"Bisa dipastikan, jika harga minyak dunia naik, kemungkinan pemerintah untuk menaikkan harga minyak subsidi semakin besar. Nah, selama keputusannya belum pasti, pasar akan goyah," urainya panjang lebar.
Tomi menyarankan, dalam situasi pasar yang terkoreksi seperti saat ini merupakan waktu yang paling tepat bagi investor untuk bercermin dan mawas diri mengenai strategi investasi yang dilakukan.
Kendati begitu, Tomi menilai, tren IHSG dalam jangka panjang masih bullish. "Saya yakin indeks bisa tembus ke level 4.500-4.800 pada tahun ini. Jika terjadi koreksi, ini saatnya untuk mengoleksi lagi," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News