kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis: Kenaikan harga minyak dunia bersifat situasional dan jangka pendek


Rabu, 08 Januari 2020 / 14:58 WIB
Analis: Kenaikan harga minyak dunia bersifat situasional dan jangka pendek
ILUSTRASI. Harga minyak mentah.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Eskalasi antara Iran dengan Amerika Serikat (AS) memasuki babak baru. Yang terbaru, Iran melancarkan serangan ke AS pada Rabu (8/1) dini hari tadi. Serangan ini berimbas pada pergerakan harga komoditas, salah satunya adalah minyak. Pasca serangan tersebut, harga minyak dunia sempat tembus US$ 65,61 per barel. 

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono menilai ketegangan ini lebih kepada perang Presiden AS Donald Trump-Iran ketimbang AS-Iran. Sebab terbunuhnya Jenderal Iran terjadi tidak lama setelah Trump mendapat ancaman impeachment dan memasuki masa pilpres AS.

Baca Juga: Volatilitas harga minyak meningkatkan risiko fiskal

"Kenaikan sebenarnya bersifat jangka pendek karena pasar tidak mengantisipasi Iran akan menyerang balik. Tapi ketika latar belakang ketegangan ini terbukti berasal dari politik domestik Trump, harga minyak bisa naik lebih tinggi dan jangka panjang," terang Wahyu kepada Kontan.co.id, Rabu (8/1).

Analis Trades Asia Point Futures Deddy Yusuf juga memiliki pandangan yang serupa. Saat ini kondisi pasar diselimuti ketidakpastian karena menunggu langkah selanjutnya dari AS. Langkah ini yang nantinya menentukan harga minyak akan semakin menguat.

Deddy menambahkan, sebelum insiden serangan Iran, minyak memang tengah mendapat katalis positif. "OPEC pada kuartal I akan memangkas produksinya sebanyak 1,2 juta barel. Kemudian berdasarkan laporan American Petroleum Institute, hingga 3 Januari, produksi mereka turun hingga 5 juta barel," jelas Deddy.

Deddy optimistis kenaikan harga minyak ini belum memberi dampak langsung kepada Indonesia. Menurutnya kebijakan pembatasan impor minyak dan penggunaan B20 dan B30 bisa meredam kenaikan harga BBM.

Baca Juga: Serangan Iran mengangkat harga minyak dan emas

Lebih lanjut kenaikan ini dinilai Wahyu hanya bersifat sementara dan situasional. Artinya setiap kenaikan harga minyak lebih mungkin terancam terkoreksi jika isu Iran mereda. Oleh sebab itu Wahyu memprediksi harga minyak dunia pada pekan ini berada di level US$ 50 per barel-US$ 60 per barel masih menjadi gravitational area.

Sementara Deddy memproyeksikan harga minyak dunia pada rentang level US$ 61-US$ 67 per barel. Ia menambahkan, harga minyak mungkin menembus angka US$ 70 per barel pada akhir tahun 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×