kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis ini rekomendasikan buy saham SCMA, ini alasannya


Selasa, 13 Oktober 2020 / 20:23 WIB
Analis ini rekomendasikan buy saham SCMA, ini alasannya
ILUSTRASI. Surya Citra Televisi atau SCTV;?Surya Citra Media Tbk SCMA


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus corona belum kunjung mereda. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali menjadi kebijakan yang diambil untuk menanggulangi penyebaran tersebut. Berbeda dengan PSBB sebelumnya, pemerintah kali ini cenderung lebih longgar guna memastikan aktivitas ekonomi tetap bisa berjalan dan perlahan pulih.

PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dianggap menjadi salah satu emiten yang diuntungkan dengan PSBB yang lebih longgar. Hal tersebut diungkapkan oleh analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya.

Dalam risetnya pada 4 Agustus 2020, selama PSSB transisi, beberapa rumah produksi bisa melanjutkan produksi konten baru dengan penerapan protokol kesehatan.

Baca Juga: IHSG melaju lagi 0,78% ke 5.093,10, Senin (12/10), net sell asing Rp 104,93 miliar

Misalnya, Sinemart yang memproduksi sinetron Anak Band untuk SCMA. Christine melihat ada potensi minat pengiklan, khususnya yang built-in, akan naik seiring produksi yang mulai kembali berjalan.

Oleh sebab itu, keberhasilan SCMA melakukan efisiensi pada kuartal II-2020 kemarin akan membuat biaya program baru tidak membebani margin mereka secara keseluruhan pada tahun ini

“Walau meningkat, pada paruh kedua tahun ini, kami melihat potensi pertumbuhan iklan free-to-air (FTA) TV masih cenderung rendah. Seiring para pengiklan juga berusaha menutupi kerugian pada semester I-2020, sehingga pengeluaran besar untuk iklan di televisi kemungkinan tidak akan terjadi. Barulah pada tahun depan, pertumbuhannya akan tinggi,” tulis Christine dalam risetnya.

Di sisi lain, PSBB juga turut mendongkrak kinerja layanan Over the Top (OTT) milik SCMA, yakni Vidio. Jumlah pelanggan video mengalami kenaikan pelanggan dari di bawah 400.000 menjadi 600.000 pada Juni. Selain itu, Monthly Active Users (MAU) pada channel Vidio juga naik lebih dari 30% dari Februari hingga Juni.

“Oleh sebab itu, rasio antara pendapatan iklan Vidio dan pendapatan dari pelanggan menjadi 50:50, padahal sebelum Covid-19 rasionya 20:80. Kami sendiri melihat strategi digitalisasi SCMA masih akan berfokus pada pembuatan konten untuk Vidio Premiere,” tambah Christine.

Sementara analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya mengatakan, Vidio berhasil bersaing dengan pemain OTT lainnya baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Baca Juga: Pengelola SCTV & Indosiar Rajin Buyback, Dari September Borong 325,79 juta Saham SCMA

Vidio tercatat sebagai platform OTT dengan jumlah pelanggan berbayar terbanyak pada bulan April 2020 lalu dengan total pelanggan mencapai 600.000, mengalahkan Netflix dan juga Viu. Pendapatan dari segmen digital ini pun masih bertumbuh positif sekitar 8% YoY di 1H20.

“Dibandingkan dengan OTT lain dari luar negeri seperti Netflix, SCMA memiliki keunggulan kompetitif pada konten lokal dan juga kemampuan untuk memproduksi konten tersebut menggunakan sumber internal. Sejalan dengan hal ini, saya memperkirakan tren positif dari Vidio ini masih dapat dipertahankan ke depannya,” kata Rendy kepada Kontan.co.id, Selasa (13/10).

Secara umum, Rendy menilai pada paruh kedua tahun ini kinerja SCMA akan mengalami perbaikan. Namun, ia memperkirakan perbaikan tersebut masih belum mampu bertumbuh setinggi di 2019. Barulah pada tahun depan, harapan perbaikan kinerja SCMA akan semakin menjanjikan.

Hal tersebut seiring dengan kembali pulihnya aktivitas ekonomi dengan adanya vaksin Covid-19. Pemulihan aktivitas ekonomi ini akan berdampak positif terhadap permintaan iklan dari perusahaan-perusahaan pengiklan seperti e-commerce dan FMCG yang mendominasi penjualan iklan televisi di sektor media, termasuk di SCMA sebagai market leader.

“Selain itu, saat ini dengan menurunnya permintaan iklan secara umum, maka permintaan iklan lebih terkonsentrasi pada market leader seperti SCMA, sehingga posisi market leader ini menjadi keunggulan kompetitif dibandingkan dengan peers,” sambung Rendy.

Sementara, Christine mengungkapkan, pendapatan SCMA terus mengalami perbaikan semenjak Juli seiring banyak e-commerce yang menggelar acara live.

Baca Juga: IHSG Hari Ini Merosot, Asing Jual Saham BBCA dan SCMA, Mulai Borong TLKM, TBIG, TOWR

SCMA berhasil mengamankan banyak kontrak acara live (1-2 jam blocking time) seiring SCMA menawarkan iklan dalam berbagai platform, mulai dari TV, event management, OTT, dan online.

Christine memproyeksikan SCMA akan membukukan pendapatan sebesar Rp 5,07 triliun dengan laba bersih Rp 1,20 triliun pada tahun ini. Sementara untuk tahun depan, diperkirakan akan mengantongi pendapatan Rp 5,49 triliun dengan laba bersih Rp 1,31 triliun

Christine pun merekomendasikan untuk Trading Buy SCMA dengan target harga Rp 1.440 per saham. Sementara Rendy merekomendasikan untuk Buy saham SCMA dengan target harga Rp 1.430 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×