Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) diharapkan bisa membaik menjelang Lebaran dan pasca Pemilihan Presiden (Pilpres). Apalagi, sejak awal 2019 harga emas spot cenderung bergerak naik.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menjelaskan, dibandingkan harga emas dunia yang tengah rebound, emas Antam justru dinilai lebih stabil dan konsolidatif. Ini karena, emas dunia awal 2018 sempat tertekan lantaran dollar AS 2018 yang menguat. Sedangkan untuk emas Antam sempat menyentuh rekor harga baru di pertengahan 2018.
"Pergeseran sentimen tahun lalu karena nilai tukar rupiah anjlok, namun saat rupiah bangkit sepertinya emas Antam dilepas dari hedging sebelumnya dan mengakibatkan koreksi. Tapi tidak jatuh, hanya konsolidasi," kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (5/4).
Jika mengikuti tren, seharusnya emas Antam bisa mengikuti kenaikan emas spot di awal 2019 ini, hanya saja sentimen domestik cenderung lebih kuat. Akibatnya, arus balik beli rupiah justru menjadi faktor emas Antam masih tertahan penguatannya.
"Mungkin jelang lebaran dan pasca pilpres, emas Antam bis membaik. Intinya tahun ini masih potensial bagi emas Antam untuk naik bahkan new high ke Rp 680.000 bahkan Rp 700.000," jelasnya.
Sedangkan untuk prospek harga emas dunia, Wahyu menilai di kuartal kedua dan jangka menengah, harga emas spot cenderung berada di kisaran US$ 1.230-US$ 1.360 per ons troi.
Di mana, pergerakannya bakal diwarnai sentimen kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed), di mana pasar memperkirakan tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan hingga akhir 2019.
Menurutnya, sejak akhir tahun lalu The Fed cenderung meredam rencananya untuk menaikkan suku bunga acuan akibat kondisi ekonom dan inflasi yang rendah di Negeri Adidaya tersebut.
"The Fed lebih akan memberi penilaian ekonomi fundamental soal tenaga kerja, sentimen global dan substansi kebijakan moneter. Malah, bukan mustahil menunggu sinyal soal wacata pemangkasan suku bunga (The Fed) meski kecil peluangnya," ungkapnya.
Untuk saat ini, mayoritas sentimen emas terbesarnya berasal dari kebijakan The Fed. Adapun sentimen lainnya yang bersifat sementara yakni terkait krisis nuklir.
Secara keseluruhan, prospek harga emas masih punya potensi aman untuk tidak tertekan, jika ke depan harganya masih berat untuk naik. Ini lantaran peluang kenaikan FFR dan kondisi The Fed uang masih wait and see.
"Gold bisa naik walau konsolidatif, kalau potensi naik makin kecil, maka terbuka potensi cut rate, sehingga ini momentum emas akan strong bullish. Tapi ini peluangnya masih kecil," tandasnya.
Asal tahu saja, berdasarkan laman Logam Mulia, diketahui pergerakan emas PT Aneka Tambang (Antam) cenderung turun dalam tiga bulan pertama 2019 sebanyak 1,17% ke harga Rp 588.000. Sementara, berdasarkan data Bloomberg harga emas masih tercatat menguat tipis 0,30% ke level US$ 1.298,50 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News