Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) ditutup stagnan di level Rp 4.420 per saham pada perdagangan Selasa (29/10). Namun, secara year to date saham bank yang telah diakuisisi oleh MUFG Bank dan juga melakukan penggabungan usaha dengan PT Bank Nusantara Parahyangan ini mengalami penurunan hingga 41,84%.
Secara kinerja, bank kategori BUKU III itu baru merilis kinerja keuangan hingga kuartal III kemarin. Sepanjang Januari hingga September 2019, BDMN membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 2,59 triliun.
Laba BDMN tercatat anjlok hingga 15% secara year on year (yoy) jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 3,03 triliun. Total portofolio kredit dan trade finance Bank Danamon tercatat tumbuh 7% menjadi Rp 143,6 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2019 dibandingkan setahun sebelumnya.
Baca Juga: Makin efisien tekan biaya operasional, CIR perbankan menyusut
Danamon juga mencatatkan pertumbuhan di sisi simpanan, seperti giro dan tabungan (Current Account Savings Accounts/CASA) naik 10%, sementara deposito naik 17% dibandingkan setahun sebelumnya.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyatakan kinerja BDMN masih cukup baik tahun ini. Apalagi ada divestasi dari Adira Insurance ke Zurich yang membuat peningkatan kinerja Danamon.
Ditambah lagi, sinergi BDMN dengan MUFG Bank juga bisa berdampak positif. Sebab, Danamon bisa mendapat pasokan dana dari MUFG karena kliennya banyak dari korporat.
Baca Juga: Jadi Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin meniti karir dari sektor perbankan
"Jika dilihat dari sisi pergerakan sahamnya yang secara ytd melemah hingga 41,84%, harganya turun signifikan. Harga Danamon dari yang sempat Rp 10.000 turun jadi Rp 4.000-an, itu karena mengungkapkan cerminan fundamental si emiten," papar Nico.
Nico menilai saham BDMN yang anjlok tersebut dikarenakan kinerja emiten itu yang tak begitu cemerlang. Menurut Nico, kekurangan BDMN juga terdapat di tak spesifiknya target nasabah mereka.
Tepatnya, mereka masih sedikit menjangkau nasabah ritel. Sehingga, usai akuisisi pun mereka masih sulit menyaingi dengan bank lain, seperti BBCA, BMRI, atau pun BBRI.
Namun, Nico menyatakan dengan adanya divestasi dan akuisisi, prospek BDMN bisa membaik. Apalagi, MUFG banyak memiliki klien dari korporat, sehingga ada potensi sampai akhir tahun ini harga saham BDMN bisa meningkat.
Baca Juga: Paling tinggi cuma 6,9%, ini bunga deposito terbaru bank usai BI menyunat bunga
Tak begitu senada, Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing mengungkapkan turunnya laba BDMN karena masa transisi pergantian kepemilikan. Ia menilai penurunan laba saat masa transisi adalah normal dalam suatu bisnis.
"Kalau ada pergantian pemilik pasti ada isu dan masa transisi bisa membuat laba perusahaan menjadi turun. Itu hal yang normal," ujar Sebastian.
Menurutnya, terdapat beberapa katalis dari struktur kepemilikan baru BDMN. Pertama, divestasi dari Adira Insurance membawa positif untuk pendapatan BDMN hingga akhir tahun 2019. Trimegah memproyeksi pendapatan BDMN berpotensi mencapai 3,5 triliun dari penjualan 80% saham Adira yg diakuisisi Zurich.
Baca Juga: Bunga BI turun lagi, ini bunga deposito terbaru perbankan
"Dengan asumsi pembayaran normal 35%, kami mengharapkan hasil dividen 5% pada akhir 1H2020. Meskipun dengan CAR 22%, Danamon dapat dan harus memberikan rasio pembayaran yang lebih tinggi, sehingga kami pikir bisa ada kenaikan dalam hasil dividen hingga 10%," papar Sebastian.
Selanjutnya, ada katalis positif pasca sinergi akusisi MUFG terhadap Danamon. Hal itu dapat mendorong pertumbuhan jangka menengah dan panjang bagi kinerja BDMN. Dengan diakuisisinya BDMN oleh MUFG yg merupakan bank dengan relasi internasional, Sebastian menilai terdapat target market baru yang potensial atas integrasi tersebut.
Ia menilai akuisisi itu dapat meningkatkan bisnis BDMN, jika emiten itu melakukan beberapa hal seperti memperkuat supply chain financing (SPF) alias pasokan pembiayaan dalam bentuk memberikan pinjaman kepada pemasok lokal dan distributor dari klien MUFG, memperkuat sisi pendanaan dari klien korporat MUFG melalui pembukaan rekening gaji di BDMN, serta memperkuat sisi pendanaan BDMN dengan memanfaatkan akun penggajian dari pemasok lokal dan distributor yang merupakan klien MUFG.
Sementara, Nico menyarankan BDMN mengkaji potensi target market baru, terutama nasabah ritel. Sebab, dengan akuisisi MUFG, nasabah BDMN akan lebih banyak dari korporat.
Baca Juga: Lima mantan bankir Bank BTPN merapat ke Bank Artos, siapa saja mereka?
Nico juga menyarankan BDMN menambah inovasi seperti menggaet target millenial seperti yang dilakukan para pesaingnya. Alasannnya, karena kini eranya sudah melek teknologi, jadi millenial bisa menjadi sasaran yang tepat.
Sebastian juga menyatakan, berbagai rencana BDMN sudah cukup bagus selama mereka mengeksekusinya. Ditambah lagi, jika berhasil menjual bisnis asuransinya, laba BDMN dapat meningkat.
Sebastian merekomendasi beli saham BDMN dengan target Rp 5.900 per saham. Nico menyarankan membeli karena potensi harga saham masih ada, dengan target Rp 5.500 per saham. Namun, ia juga menyarankan pelaku pasar dan investor bisa lebih mengutamakan membeli BBNI dan BBRI daripada BDMN.
Baca Juga: Industri multifinance bukukan pertumbuhan pembiayaan 3,53% per September
Alasannya, karena kinerja kedua emiten itu lebih baik. Sementara, analis RHB Research Sekuritas Christoper Andre Benas merekomendasi beli dengan target Rp 5.300 per sahamnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News