Reporter: Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru sebulan memasuki tahun 2018, beberapa emiten telah menyusun rencana untuk mencari pendanaan di pasar modal. Salah satunya ialah lewat penerbitan saham baru alias rights issue.
Beberapa emiten seperti PT Surya Eka Perkasa Tbk (ESSA) dan PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) misalnya, akan menerbitkan saham baru guna melancarkan rencana bisnis tahun 2018. ESSA berencana untuk menggunakan dana hasil rights issue untuk pengembangan anak usaha dan biaya operasional mereka. Sedangkan BPFI berencana untuk menggunakan seluruh dana hasil aksi korporasi ini untuk mengambil alih aset dan liabilitas PT Malacca Trust Finance.
Untuk membiayai belanja modal, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) juga akan melaksanakan rights issue. Perusahaan yang baru saja dibeli sahamnya oleh PT Metro Pacific Tollways Indonesia ini akan meminta restu para pemegang sahamnya untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 5 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 70 per saham pada 19 Februari 2018 mendatang.
Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) juga berencana melaksanakan rights issue. Namun, tujuan pelaksanaan aksi korporasi ini ialah agar AGRO bisa naik kelas ke kategori bank BUKU III sekaligus menambah jumlah kepemilikan saham publik.
Namun, analis Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan menilai, investor harus memperhatikan beberapa hal sebelum mengeksekusi haknya dalam rights issue. "Di antaranya adalah penggunaan dana hasil rights issue dan keadaan fundamental perusahaan," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Senin (29/1).
Jika dana tersebut digunakan untuk membiayai rencana ekspansi bisnis perusahaan, investor layak mengeksekusi rights issue. Sebab, hal ini mengartikan bahwa dana yang ditanamkan investor digunakan untuk mengembangkan bisnis perusahaan yang bisa berdampak positif terhadap pertumbuhan mereka ke depannya.
Di sisi lain, keadaan fundamental juga jadi poin penting yang harus diperhatikan investor. Eksekusi rights issue berarti membuat para investor menginvestasikan uangnya di perusahaan. Dengan begitu, kondisi fundamental perusahaan jadi hal penting karena menunjukkan kemampuan saham untuk memberikan gain dari hasil investasi kepada para investor.
Nah, diantara empat emiten yang berencana melaksanakan rights issue di tahun ini, Alfred melihat rights issue saham AGRO jadi yang paling layak untuk dieksekusi. Rencana mereka untuk naik ke kategori BUKU III melalui aksi korporasi ini jadi pemikat bagi para investor. "Selain itu, induk usahanya yaitu BBRI memberikan garansi pada pelaksanaan good corporate governance (GCG) AGRO," paparnya.
Adapun pada penutupan perdagangan Senin (29/1), saham AGRO ditutup menguat 1,85% ke level Rp 550 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News