Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
Penjualan yang kuat ini mencerminkan adanya kelanjutan pembangunan konstruksi pasca penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sebagian besar wilayah pada semester pertama.
Sementara itu, penerapan kembali PSBB jilid kedua di wilayah Jakarta sejak pertengahan September dinilai tidak terlalu mempengaruhi INTP karena penjualan di sana masih tumbuh 5,8% secara month-on-month (mom).
Penjualan di Jawa Barat, yang merupakan basis pasar INTP, tumbuh sebesar 6,4% secara MoM. Hasilnya, pangsa pasar INTP pada September 2020 stabil di angka di 25,6%, meski sedikit turun dari market share Agustus 2020 yang mencapai 26,3%.
Adapun penjualan INTP sepanjang sembilan bulan pertama 2020 mencerminkan 73% dari target penjualan akhir tahun yang dipasang BRI Danareksa Sekuritas .
Maria memperkirakan, penjualan bulanan yang kuat akan terus berlanjut hingga Oktober. Sebab, secara historis, penjualan bulanan di Oktober akan menjadi yang tertinggi sebelum akhirnya memasuki musim hujan.
Ke depan, BRI Danareska Sekuritas perkirakan volume penjualan INTP pada kuartal keempat 2020 akan mencapai 4,41 juta ton, turun 3,5% secara kuartalan dan turun 16,0% secara tahunan.
Maria masih optimistis, target penjualan akhir tahun yang dia pasang untuk INTP, yakni 16,03 juta ton, dapat tercapai.
Sebab, rata-rata penjualan bulanan yang dibutuhkan untuk memenuhi target di sisa tahun ini adalah 1,47 juta ton atau -3,5% secara kuartalan, dibandingkan dengan rata-rata penjualan bulanan pada kuartal ketiga 2020 yang masih di kisaran 1,52 juta ton.
Dengan mempertimbangkan tren penjualan di Oktober yang masih naik serta optimisme target penjualan INTP, Maria mempertahankan rekomendasi beli saham INTP dengan target harga Rp 15.300 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News