Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diprediksi tumbuh positif di tahun 2019. Di tengah lesunya ekonomi global dan berlarutnya perundingan perang dagang antara AS dan China, yang menjadi penyebab harga nikel tak menentu.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo, dalam riset tanggal 4 Februari 2019 menjelaskan kapabilitas INCO memperoleh dana (turnover) terlihat dari keberhasilannya mencetak laba bersih sebesar US$ 60,5 juta di tahun 2018.
Keberhasilan itu pula juga didukung oleh kenaikan harga batubara dan minyak di tahun 2018, sempat menyebabkan penjualan komoditas (Cost of Good Sold, COGS) meningkat sampai 8% secara yoy.
Hal ini berimbas pada peningkatan pendapatan INCO sebesar US$ 84,9 juta di tahun 2018, setelah di tahun sebelumnya rugi sebesar US$ 17,9 juta.
Lalu pada kuartal IV 2018, akibat tertekan harga batubara dan minyak yang tinggi, laba INCO menurun sebesar 79,5% per kuartal, di level US$ 5,3 juta.
Mengamati perjalanan INCO di tahun 2018, Thomas memprediksi di tahun 2019 – 2020, INCO akan mendulang peningkatan keuntungan sebesar 3,0% menjadi US$ 116 juta, dan mengimplikasikan pertumbuhan secara yoy sebesar 90,1% - 23,1%.
Hal ini, menurut Thomas, disebabkan oleh beban bahan bakar komoditas (COGS) INCO sebesar 30% yang berupa batubara dan minyak.
“Harga batubara dan minyak di tahun 2019 diprediksi turun, sehingga menurunkan biaya produksi pula sebesar 11% - 13,7% di angka US$ 5.795 per ton- US$ 6.025 per ton,” jelasnya.
Selain itu, Thomas melihat kebutuhan nikel akan sangat meningkat di masa depan. Dirinya memberi contoh perusahaan teknologi asal AS, Tesla, akan terus bergantung pada keberadaan nikel untuk pembuatan kendaraan listrik.
“Lembaga riset energi (New Energy Finance) Bloomberg juga telah mengestimasi konsumsi nikel di tahun 2030 meningkat sampai 670k wmt untuk penggunaan kendaraan listrik,” jelasnya.
“Bloomberg juga telah mengestimasi konsumsi nikel di tahun 2030 meningkat sampai 670k wmt untuk penggunaan kendaraan listrik,” jelasnya.
Melihat atraktifnya industri nikel di masa depan, Thomas merekomendasikan Buy saham INCO dengan target harga Rp 4.350 per saham, dari yang awalnya berada di target harga Rp 4.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News