kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.912   18,00   0,11%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) 2019 diproyeksikan netral


Kamis, 14 Februari 2019 / 22:36 WIB
Kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) 2019 diproyeksikan netral


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pelemahan harga batubara dan minyak yang terjadi beberapa waktu terakhir, dinilai tidak memberikan dampak atau pengaruh signifikan terhadap laba pendapatan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), atau produsen nikel terbesar ketiga di dunia.

Sebagai informasi, sekitar 30% beban bahan bakar komoditas (Cost of Goods Sold, COGS) INCO terdiri dari batubara dan minyak. Sehingga kondisi harga batubara dan minyak dianggap turut mempengaruhi kinerja INCO.

Analis Kresna Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy menjelaskan jika tempat pengolahan nikel INCO, tidak menggunakan batubara atau minyak biasa, namun menggunakan bahan bakar yang mengandung sulfur tinggi. “Tak hanya itu, mereka juga menggunakan batubara berkalori tinggi atau kokas (coking coal),” jelasnya pada Kamis (14/2).

Dirinya menjelaskan jika harga batubara berkalori tinggi dan bahan bakar minyak bersulfur tinggi, tidak mengalami penurunan harga dan cenderung stabil di pasar komoditas dibandingkan harga batubara kalori rendah dan minyak mentah.

Sebagai informasi tambahan, harga batubara kembali merosot sebesar 1,19% ke level US$ 91,70 per metric ton pada perdagangan Kamis (14/2). Sebelumnya, harga batubara tercatat berada di level US$ 92,80 per metric ton. Dengan demikian, selama sepekan, harga batubara sudah terpangkas sebesar 2,64% secara point to point. “Harga batubara kalori tinggi, 6.300 GAR, jauh lebih stabil di kisaran US$ 90 – US$ 100 per ton di ICE Newcastle,” tutur Robertus.

Sementara itu, harga nikel saat ini berada di kisaran US$ 12.000 per ton. Angka tersebut, dianggap masih mendekati biaya produksi INCO yang berada di kisaran US$ 10.000 – US$ 11.000 per ton. “Jadi, margin biaya masih tipis,” tambahnya.

Namun demikian, Robertus melihat kinerja dan peningkatan laba INCO tahun ini bergerak netral. “Sebab tren penurunan harga batubara atau bahkan minyak, tidak memberi dampak signifikan terhadap laba INCO,” ujarnya.

Robertus Yanuar merekomendasikan Hold saham nikel di target harga Rp 3.700 per saham. “Tahun ini INCO masih netral saja,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×