kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Cermati Strategi September Ceria


Minggu, 07 September 2014 / 15:16 WIB
Analis: Cermati Strategi September Ceria
ILUSTRASI. Kecipir rendah kalori.


Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

Mengawali bulan September, ekonomi Indonesia disambut sejumlah data positif ekonomi. Sebut saja surplus dagang Bulan Agustus, inflasi terendah dalam dua tahun terakhir, suku bunga masih akan tetap hingga akhir tahun, pemerintahan yang kondusif dan pemilu sesuai ekspektasi pasar. Bursa-bursa global juga memberikan sentimen yang positif dengan bergerak dalam tren naik serentak dalam posisi yang sama.

Nah, memasuki Bulan September ini,  menurut David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group, ada tiga hal yang harus dicermati. Pertama, periode 472 hari, rekor penutupan baru tapi belum menembus titik tertinggi. Setelah IHSG bergerak relatif cukup lama mendatar di posisi atas dengan sinyal jenuh beli, akhirnya IHSG berhasil menjejakkan kaki di level penutupan tertinggi baru di 5.224. Sayangnya IHSG lantas segera terkoreksi sebelum mampu menembus level tertingginya 472 hari lalu di 5.251.
 
Oleh karena itu, saat ini investor sebaiknya melakukan strategi berpindah ke saham-saham yang relatif belum naik banyak dan terkait dengan sektor-sektor yang menjadi andalan yang sesuai dengan roadmap tematik pemerintah ke depan. Semisal saham sektor pertanian, energi, maritim, infrastruktur dan ekonomi kreatif. Beberapa saham-saham unggulannya, yaitu AALI, BBRI, INTP, JSMR, PTBA, SMGR, UNVR.
    
Sektor batubara memang sudah naik paling tinggi dengan persentase double digit sejak periode pilpres lalu. Meski begitu sektor komoditas masih cukup menggiurkan dan masih tergolong murah bagi investor jangka panjang untuk mulai mengoleksinya. Pasalnya pergerakan saham-sahamnya masih tertinggal dalam beberapa tahun terakhir. "Tunggu dan beli saat kembali melemah dalam satu sampai dua bulan ke depan ini, dengan ekspektasi akan mulai naik stabil setelah inagurasi Jokowi di 20 Oktober mendatang," ujar David dalam uraian tertulis yang diterima KONTAN, (7/9).   
 
Kedua, periode 30 hari, mahal tapi masih menarik. IHSG sudah menghijau lebih dari 4% pascapilpres dan lebih dari 22% sejak awal tahun. Kondisi ini menempatkan IHSG pada valuasi relatif P/E sebesar 15x, atau lebih tinggi di atas rerata historisnya selama tiga tahun terakhir. Karena valuasi IHSG untuk saat ini tidak murah lagi, investor sebaiknya melakukan aksi ambil untung dalam momentum naik saat ini ntuk momen jangka pendek.
 
David mengatakan, "Pasar saat ini IHSG terlihat lebih bergantung pada kebijakan BBM dan kabinet yang akan diambil Jokowi dalam sisa 30 hari kerja kepemimpinan SBY terhitung Senin besok, ketimbang acuh melihat pada fundamental ekonomi Indonesia yang masih kurang baik saat ini."
 
Ketiga, periode 17 hari, strategi switching. Menjelang pekan depan menunggu rilis pengumuman nama-nama calon menteri, pasar akan bereaksi kembali. Posisi IHSG sangat rawan terhadap koreksi teknikal. Pergerakan naik IHSG memang terlihat menjanjikan. Namun kondisi ini tidak memberi kenyamanan bagi investor dalam jangka pendek karena potensi ruang untuk melemah lebih besar dibanding ruang kenaikan yang sangat terbatas. "Bermain cepat saja hit and run dan switch portofolio ke saham-saham lapis kedua atau ke saham-saham yang belum naik banyak di sektor-sektor pemenang sejak awal tahun, seperti konstruksi, properti dan perbankan," saran David.
 
Sebelum naik ke target valuasi akhir tahun ini ke level 5.45, menurut David cepat atau lambat IHSG tetap harus turun. Sebab jika semakin lama tidak turun maka hanya akan membuat risiko sistematik pasar yang lebih besar ke depannya. IHSG setidaknya berpotensi terkoreksi dalam waktu dekat ke bawah delirium psikologis 5.000. Berikut tujuh saham selektif secara teknis untuk sepekan ini: ASII, BMRI, INDF, KIJA, PGAS, TINS, TLKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×