kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Buy untuk saham GIAA


Selasa, 09 Juni 2015 / 22:23 WIB
Analis: Buy untuk saham GIAA
ILUSTRASI. Harga Emas Antam dan UBS Hari Ini (26/12) di Pegadaian Naik Tipis. ANTARA FOTO/Yudi/YU


Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Emiten penerbangan nasional, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) telah menerbitkan obligasi syariah atau Sukuk global senilai US$ 500 juta atau setara dengan Rp 6,5 triliun.

Dalam menjalankan aksi korporasinya tersebut, GIAA menggandeng 11 bank untuk penerbitan Sukuk global, antara lain National Bank of Abu Dhabi PJSC (NBAD), Dubai Islamic Bank PSJC (DIB), ANZ Banking Group Ltd, Maybank Investment bank Bhd, dan Standard Charted Bank. NBAD dan DIB bertindak sebagai joint lead managers dan joint bookrunners.

Menurut analis BNI Securities, Thennesia Debora, dana hasil penerbitan sukuk global tersebut akan digunakan untuk refinancing utang perseroan dan sisanya untuk penambahan modal kerja. Salah satunya adalah rencana penambahan armada pesawat GIAA menjelang semester II-2015.

“GIAA berencana untuk menambah armada pesawatnya karena di semester kedua tahun ini permintaan penerbangan meningkat seiring dengan libur Lebaran dan kenaikan sekolah,” jelas Thennesia.

Di tahun 2015 ini, GIAA mengalokasikan belanja modal sekitar Rp 2,25 triliun, yang dananya didapat dari pendapatan operasional perusahaan dan penerbitan obligasi. Sebagian besar dana belanja modal tersebut akan digunakan untuk mendatangkan pesawat baru sebanyak 15 unit dengan rincian 10 unit untuk maskapai Garuda Indonesia dan lima unit untuk anak usahanya, PT Citilink Indonesia.

Kendati demikian, penerbitan obligasi oleh GIAA tersebut juga berdampak pada rasio utang perusahaan. Thennesia mengungkapkan bila sepanjang kuartal I-2015 ini, utang bank GIAA membengkak 649,78% menjadi US$ 564,66 juta dari sebelumnya sebesar US$ 75,31 juta di bulan Desember 2014.

Jika ditotal secara keseluruhan, pada kuartal I-2015, rasio utang GIAA bertambah 2,9% YoY dari US$ 2,23 miliar di kuartal I-2014 menjadi US$ 2,30 miliar. Utang terbesar disumbangkan oleh utang jangka pendek senilai US$ 1,49 miliar atau naik 22,1% YoY dari US$ 1,22 miliar pada periode yang sama tahun 2014. Sedangkan utang jangka panjang perusahaan sebesar US$ 809,1 juta atau turun 20,2% YoY dari US$ 1,01 miliar di 1Q14.

“Penerbitan obligasi ini juga akan menaikkan beban pembayaran bunga. Namun strategi yang diterapkan oleh management untuk menata utang perusahaan tidak akan membebani kinerja keuangan,” ujar Thennesia.

Hal ini tercermin dari hasil kinerja keuangan kuartal I-2015 yang seolah tidak terkena dampak dari meningkatnya rasio utang perusahaan. Hasan analis Ciptadana Securities dalam riset 18 Mei 2015 menyebutkan jika GIAA berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 12,4 juta.

Sebuah peningkatan tajam mengingat di kuartal I-2014 GIAA mencatat rugi bersih senilai US$ 166,2 juta. “Laba bersih tersebut di dapat dari kenaikan pendapatan 13% YoY menjadi US$ 927 juta,” ujar Hasan.

Selain itu, beban operasional perusahaan juga berkurang 11,5% YoY menjadi US$ 896 juta yang disebabkan oleh penurunan harga bahan bakar sebanyak 29,8% di tiga bulan pertama tahun 2015. Hal ini membuat pengeluaran bahan bakar GIAA hanya sebesar US$ 264 juta dibandingkan pada kuartal I-2014 yang menelan biaya US$ 376 juta.

Hasan memprediksi harga bahan bakar avtur di tahun ini akan berada di kisaran US$ 0,75/liter atau 10,7% YoY lebih rendah dibandingkan tahun lalu di US$ 0,83/liter. Koreksi dari harga bahan bakar ini diharapkan menjadi katalis yang mampu menopang pertumbuhan kinerja keuangan GIAA di tahun 2015.

Hingga akhir tahun nanti, Ia memproyeksi perusahaan dapat meningkatkan market share lebih jauh, seiring dengan rencana GIAA untuk menambah jumlah economy seats di pesawat Boeing 777 ER demi meningkatkan pertumbuhan penumpang. Untuk penerbangan dalam negeri diprediksi market share GIAA akan meningkat menjadi 45%, sedangkan penerbangan internasional menjadi 34%.

Thennesia pun optimis GIAA bisa memperoleh pertumbuhan pendapatan sebesar 12% atau naik US$ 472,02 juta. Sementara itu, untuk laba bersih perusahaan diproyeksikan mampu mencapai US$ 75,7 juta.

“Jika melihat kinerja kuartal I-2015 yang adalah low season, GIAA masih memproleh profit bagus. Proyeksi tahun 2015 dipastikan GIAA bisa terbang lebih tinggi,” tutur Thennesia.

Hasan merekomendasikan untuk Buy di target harga Rp 740. Sedangkan Thennesia merekomendasikan Hold di harga Rp 615. Teguh Hartanto analis Bahana Securities merekomendasikan Buy di Rp 620. Pada penutupan bursa Selasa (9/6), saham GIAA mengalami penurunan 3,74% di level Rp 438.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×