kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Analis: Beban utang Grup Bakrie sudah mengkhawatirkan


Kamis, 06 Mei 2021 / 20:39 WIB
Analis: Beban utang Grup Bakrie sudah mengkhawatirkan
ILUSTRASI. Bakrie Darma Indonesia (BDI), anak usaha Grup Bakrie memiliki utang kepada Fast Food Indonesia


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Bakrie kembali terlilit utang. Paling anyar, salah satu anak usaha yakni PT Bakrie Darma Indonesia (BDI) sejak 31 Desember 2019 memiliki utang sebesar Rp 100 miliar ke PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), yang tak lain pengelola gerai KFC. BDI baru membayar Rp25 miliar. Sisanya belum dilunasi.

Soal utang, Grup Bakrie punya rekam jejak panjang, misal akibat utang menggunung  PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) menjual satu per satu aset bisnisnya. Upaya ini dilakukan demi menutupi utang jangka pendek yang sudah menggunung.

Analis pasar modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan, beban utang denominasi dollar di Grup Bakrie bisa membahayakan, jika terjadi fluktuasi mata uang. Jika kondisi pasar makin tak stabil utang bisa makin menggunung.

"Ini yang perlu diwaspadai, karena utang dengan USD memang harus diturunkan, karena memang kinerja pasar selalu mempertimbangkan dua aspek yakni USD dan rupiah," kata dia dalam keterangannya, Kamis (6/5/2021).

Baca Juga: FAST punya tagihan Rp 75 miliar ke Bakrie dengan jaminan saham BRMS

Kata dia, meski tak masalah emiten melakukan kesepakatan pakai USD, namun jika perhatikan emiten-emiten sekarang ini lebih memilih rupiah demi menghindari fluktuasi. Memang, dengan menggunakan USD tentunya lebih tinggi nominalnya.

Dia pun mengingatkan agar emiten di bawah Grup Bakrie yang tidak produktif, sebaiknya melakukan sejumlah langkah agar melakukan transformasi.

"Mau tidak mau emiten yang tidak perform, seperti lini selulernya yang saat ini memang kurang bagus, karena faktor lain perlu melakukan langkah-langkah agar kembali bergairah," jelasnya.

 

Supaya Grup Bakre bisa bayar utang, opsi yang bisa dipilih yaitu restrukturisasi internal guna mengurangi beban. Karena itu, langkah Grup Bakrie yang melakukan restrukturisasi secara internal, perlu diikuti oleh anak usaha lain. 

Seperti halnya upaya yang dilakukan oleh emiten media Grup Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) yang akan menjual 39% saham perusahaan di PT Intermedia Capital Tbk (MDIA), untuk menyelamatkan beban utang.

"Perlu restrukturisasi internal, karena sifatnya untuk menurunkan beban utang," kata Lucky.

Meski begitu diakui Lucky, tak selamanya perusahaan tidak dalam kualitas kinerja yang buruk. Tetapi, setidaknya mereka harus berusaha menekan beban utang yang sudah mengkhawatirkan itu.

"Dengan kondisi saat ini emiten seharusnya lebih giat melakukan corporat action, dengan menekan budget dengan cara melakukan penjualan aset," jelas dia.

Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) raih penghargaan Green Elite untuk penurunan emisi korporasi

Sebagai catatan, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), induk bisnis Grup Bakrie, mencatatkan utang hingga triwulan III 2020 senilai Rp 10,18 triliun, yang merupakan utang jangka pendek.

Saat ini perusahaan tengah memproses restrukturisasi utang senilai Rp 10 triliun yang ditargetkan selesai tahun depan agar memperbaiki pembukuan perusahaan.

Nilai utang tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun tahun lalu Rp 8,79 triliun. Kenaikan utang tersebut, salah satunya disebabkan oleh selisih kurs yang membesar karena mayoritas utang Bakrie & Brothers dalam denominasi dolar Amerika Serikat.

Berdasarkan catatan Bakrie & Brothers, total utang dalam denominasi mata uang asing per September 2020, mencapai US$ 669 juta atau sekitar Rp 9,45 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.134 per US$. Sementara, utang perusahaan dengan denominasi rupiah totalnya Rp 254 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×