Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) punya rencana besar untuk akuisisi. Bukan hanya satu, tapi beberapa perusahaan yang bakal dipinang oleh emiten pelat merah tersebut.
Nico Omer Nico Omer Jonckheere, Vice President Research and Analyst Valbury Sekuritas Indonesia menilai, pendanaan akuisisi bukanlah isu bagi SMGR. "Cashflow-nya sangat kuat," ujarnya.
Andai SMGR ingin mencari pinjaman untuk akuisisi, ruangnya juga masih cukup lebar. Hal ini tercermin dari rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) SMGR yang masih sekitar 2 kali. Bandingkan dengan rata-rata DER industri sudah mencapai 1 kali.
Justru yang menjadi isu adalah, hasil jika rencana akuisisi tersebut terealisasi. Nico melihat, akuisisi yang dilakukan SMGR nanti kemungkinan tidak menambah pendapatan perusahaan secara signifikan. "Akuisisi yang dilakukan itu lebih untuk menjaga posisi pangsa pasar," kata Nico.
Sebab, industri semen domestik sudah sangat sesak dengan keberadaan sekian banyak pemain. Pada saat yang bersamaan, SMGR sudah terlanjur besar di industri tersebut, sehingga sudah sulit untuk berkembang secara organik.
Sulitnya SMGR berkembang secara organik juga lantaran kondisi oversupply semen masih terjadi. Kondisi ini membuat SMGR sulit untuk memperlebar perolehan pendapatannya. Pasalnya, dalam kondisi ini, SMGR juga tidak mungkin menaikkan harga jual.
Margin bisnis malah berpotensi untuk tergerus seiring dengan adanya kondisi tersebut. Hal ini sudah mulai dirasakan oleh SMGR.
Ditambah dengan naiknya beban SMGR, margin laba bersih SMGR turun hingga ke level 5% pada kuartal II dari sebelumnya 11,9% di kuartal I.
"Ini menjadi yang terendah karena SMGR memiliki tren margin laba bersih yang selalu di atas 10%," tulis analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Yuni pada 3 Agustus lalu.
Yuni memprediksi, margin laba bersih SMGR bakal kembali naik ke level 10% hingga akhir tahun nanti. Namun, level tersebut juga masih lebih rendah dibandning margin tahun lalu yang masih sekitar 15%. Itu sebabnya ia merekomendasikan hold saham SMGR dengan target harga Rp 11.900 per saham
Sementara untuk jangka yang lebih pendek, Nico justru merekomendasikan trading sell saham SMGR pada rentang support dan resistance masing-masing Rp 9.000 dan Rp 9.800 per saham. Kondisi makro industri semen menjadi salah satu pertimbangan Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News