kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Anak ayam berlebih, Malindo tertatih-tatih


Jumat, 10 Juli 2015 / 08:11 WIB
Anak ayam berlebih, Malindo tertatih-tatih


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Industri pakan ternak masih menghadapi banyak tekanan pada tahun ini. Salah satunya dialami PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN). Di pasar, masih terjadi kelebihan pasokan anak ayam usia sehari atau day old chicken (DOC) yang menyebabkan harga merosot. MAIN mulai menahan beberapa rencana ekspansi. Emiten ini hanya mengalokasikan belanja modal Rp 500 miliar untuk mengembangkan pabrik pakan ternak.

Analis Buana Capital Michael Ramba mengemukakan, saat ini produksi DOC di pasaran mencapai 64 juta ekor per pekan. Sedangkan permintaannya hanya 47 juta ekor per minggu. Ini berarti ada kelebihan pasokan sehingga menahan kenaikan harga.

"Dengan begitu, produksi harus dipangkas dan ini harus menunggu keputusan produsen lainnya," ujar dia.

Kelebihan pasokan turut memangkas margin Malindo. Saat ini MAIN hanya bisa mengandalkan penjualan dari lini bisnis pakan ternak. Di divisi ini, biaya operasional lebih kecil ketimbang lini bisnis lain. Sebesar 71% pendapatan MAIN masih berasal dari pakan ternak. Namun, jika harga DOC masih terus merosot, margin dari sektor pakan ternak belum tentu bisa menutupi kerugian penjualan DOC dan ayam pedaging (broiler).

Analis Ciptadana Securities Andre Varian, dalam riset pada 6 Mei 2015 mengatakan, biaya bahan baku pakan ternak menurun sepanjang kuartal I 2015. Hal ini membuat sektor pakan menjadi harapan satu-satunya bagi MAIN. Di sisi lain, MAIN menghadapi tantangan pelemahan nilai tukar rupiah.

"Kami lebih konservatif dan memperkirakan pertumbuhan sebesar 10% tahun ini," ujar Andre.

Michael menambahkan, MAIN berharap bisa mendapatkan tambahan keuntungan dari momentum lebaran. Secara historis, ada kenaikan harga ayam 15%-30% sepanjang bulan puasa. Tapi harga akan turun lagi usai lebaran. Dia juga bilang, biasanya permintaan ayam broiler cukup tinggi sebulan sebelum lebaran. Sehingga, momentum ini bisa mendorong laba operasional MAIN di Kuartal kedua tahun ini.

Di segmen pakan ternak, Michael memperkirakan margin MAIN berkisar 6%-7%. Ini lantaran ada penurunan harga bahan baku. Tahun ini dia memperkirakan, pendapatan MAIN masih bisa tumbuh dari Rp 4,5 triliun di 2014 menjadi Rp 5,02 triliun pada tahun ini.

Kemudian masih ada potensi perbaikan di laba operasional menjadi Rp 39 miliar di akhir 2015. Tahun lalu, MAIN mencetak rugi operasional Rp 18 miliar. Namun MAIN diprediksi masih rugi Rp 29 miliar.

Michael W Setjoadi, analis Bahana Securities, mengatakan, sejauh ini belum ada kondisi yang menicu margin MAIN lebih positif. Pasalnya, masih ada potensi pelemahan rupiah. Di sisi lain, belum ada kejelasan kapan suplai DOC dipangkas untuk mengangkat harga.

"Sementara kenaikan harga di momentum lebaran juga belum bisa berkontribusi besar," kata dia.

Tapi dari valuasi saham, dia merekomendasikan buy MAIN dengan target Rp 2.000 per saham. Sementara Michael justru memangkas target harga MAIN menjadi Rp 1.500 dengan rekomendasi sell dari sebelumnya Rp 2.825. Andre juga menyarankan sell dengan target Rp 1.250 per saham. Harga saham MAIN kemarin merosot 2,79% menjadi Rp 1.570 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×