Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen mineral, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatatkan kinerja keuangan yang kurang menggembirakan.
Hal ini cukup dipengaruhi oleh penghentian operasi sementara pada smelter milik emiten tersebut.
Penjualan bersih AMMN tercatat mengalami penurunan 78% secara tahunan atau year on year (yoy) dari US$ 2,49 miliar per kuartal III-2024 menjadi US$ 545 juta per kuartal III-2025.
Selain itu, EBITDA AMMN juga tergerus 81% yoy dari US$ 1,48 miliar per kuartal III-2024 menjadi US$ 279 juta per kuartal III-2025.
Baca Juga: Kinerja Smelter Amman Mineral (AMMN) Meningkat, Simak Rekomendasi Sahamnya
AMMN pun mengalami rugi bersih sebesar US$ 175 juta per kuartal III-2025, berbanding terbalik dengan hasil per kuartal III-2024 yang mana mereka meraih laba bersih US$ 720 juta.
Presiden Direktur Amman Mineral Internasional, Arief Sidarto, mengatakan, smelter perusahaan mengalami penghentian operasi sementara pada Juli dan Agustus 2025 karena perbaikan pada Flash Converting Furnace dan Pabrik Asam Sulfat.
Selama proses perbaikan berlangsung, AMMN tetap berupaya beroperasi secara parsial secara hati-hati untuk meningkatkan produksi tanpa mengorbankan keselamatan.
Mengingat skala dan kerumitan pekerjaan tersebut, proses perbaikan smelter ini diperkirakan akan berlanjut hingga paruh pertama 2026
Tak hanya kendala smelter, AMMN juga dikenakan larangan ekspor konsentrat oleh pemerintah sejak awal 2025. Kombinasi dua faktor tadi menjadi faktor penyebab rugi bersih yang diderita AMMN hingga kuartal III-2025.
Baca Juga: Kinerja Keuangan Amman Mineral Internasional (AMMN) Melorot, Ini Penyebabnya
“Kami tetap fokus pada faktor-faktor yang berada dalam kendali kami seperti menjalankan operasi dengan disiplin, meningkatkan keunggulan operasional, dan menjaga efisiensi biaya,” ujar Arif dalam keterbukaan informasi, Kamis (30/10/2025).
Untuk ke depannya, AMMN yakin prospek pasar tembaga tetap positif. Hal ini didukung oleh defisit pasokan tembaga yang makin meningkat dalam beberapa tahun mendatang di tengah bertumbuhnya permintaan yang didorong oleh transisi energi global, peningkatan kebutuhan energi termasuk dari komputasi Artificial Intelligent (AI), serta elektrifikasi transportasi.
Di sisi lain, emas tetap menjadi aset lindung nilai bagi investor dan semakin penting sebagai cadangan devisa bank sentral, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global.
Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menilai, pada dasarnya smelter pengolahan tembaga AMMN merupakan proyek yang strategis dalam mendukung program hilirisasi pemerintah.
Namun, selama smelter tersebut tidak beroperasi optimal, sulit bagi AMMN untuk meningkatkan kinerja keuangannya sampai akhir tahun.
Baca Juga: Saham Amman Mineral Internasional (AMMN) Dijual Komisarisnya, Dapat Cuan Berapa?
Beruntung, pemerintah melalui Kementerian ESDM baru-baru ini memberikan relaksasi ekspor konsentrat tembaga sekitar 400.000 ton kepada AMMN melalui anak usahanya yaitu PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Relaksasi tersebut berlaku selama enam bulan seiring masih berlangsungnya proses penuntasan proyek smelter AMMN.
“Jika terdapat relaksasi ekspor konsentrat, maka ini diharapkan menjadi katalis positif bagi AMMN di tengah kondisi smelter yang belum proporsional,” kata dia, Kamis (30/10/2025).
Nafan tidak memiliki rekomendasi saham AMMN. Namun, investor perlu mencermati perkembangan penyelesaian smelter sekaligus upaya efisiensi operasional AMMN dalam beberapa waktu mendatang.
Selanjutnya: Samudera Indonesia (SMDR) Optimistis Kinerja 2025 Cemerlang, Pacu Ekspansi Armada
Menarik Dibaca: Kabar Duka, Ayah YouTuber Jerome Polin Meninggal Dunia Hari Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













