kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aksi Tunggu Kenaikan Suku Bunga Turut Pengaruhi Hasil Lelang Sukuk Negara


Selasa, 25 Januari 2022 / 19:21 WIB
Aksi Tunggu Kenaikan Suku Bunga Turut Pengaruhi Hasil Lelang Sukuk Negara
ILUSTRASI. Dari total penawaran, pemerintah menyerap Rp 11 triliun pada lelang sukuk hari ini.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penantian pelaku pasar pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) mempengaruhi penurunan hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atawa sukuk negara, Selasa (25/1). Sementara itu yield yang dimenangkan pemerintah cenderung menurun. 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, jumlah penawaran yang masuk dalam lelang SBSN hari ini sebesar Rp 38,29 triliun. Jumlah tersebut menurun Rp 17,05 triliun dari lelang SBSN dua pekan lalu yang mendapat penawaran sebesar Rp 55,34 triliun. Dari total penawaran, pemerintah menyerap Rp 11 triliun pada lelang sukuk hari ini. 

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan sikap wait and see pelaku pasar terhadap FOMC mempengaruhi semua portofolio termasuk lelang obligasi pemerintah. Meski menurun, Fikri menilai besaran jumlah penawaran yang masuk di lelang kali ini masih tinggi dan tidak memunculkan kekhawatiran kurangnya likuiditas di pasar. "Jumlah Rp 38 triliun masih berada di rata-rata pelaksanaan lelang di sepanjang tahun lalu," kata Fikri, Selasa (25/1). 

Baca Juga: Penawaran Masuk Pada Lelang SBSN Turun Jadi Rp 38,29 Triliun

Yield yang dimenangkan di lelang SBSN hari ini menurun dibandingkan lelang SBSN dua pekan lalu. Kondisi tersebut sejalan dengan pergerakan yield seri acuan tenor 10 tahun yang juga menurun dari level 6,4% menjadi 6,3% per Selasa (25/1). Fikri menjelaskan penurunan yield disebabkan faktor teknikal setelah yield cenderung naik belakangan. 

Fikri memproyeksikan penurunan yield hanya terjadi sesaat. Penyebabnya, dengan tren inflasi yang terus naik, yield obligasi berpotensi naik juga. 

Tercatat penawaran investor paling banyak masuk ke seri tenor terpendek, SPNS12072022 yang sebesar Rp 12,83 triliun. Namun, pemerintah hanya menyerap Rp 1 triliun dari seri yang jatuh tempo pada 12 Juli 2022.

Sebaliknya, pemerintah menyerap paling banyak sebesar Rp 4,3 triliun dari seri PBS032. Jumlah penawaran yang masuk dalam seri yang jatuh tempo di 15 Juli 2026 ini sebanyak Rp 5,49 triliun. 

Baca Juga: Jelang FOMC Meeting, Peminat Lelang SBSN Berpotensi Turun

Selanjutnya, seri PBS030 menerima penawaran masuk sebesar Rp 7,58 triliun. Pemerintah menyerap 3,6 triliun dari seri yang jatuh tempo di 15 Juli 2028. 

Sementara, seri PBS029 menerima penawaran masuk sebesar Rp 5,97 triliun. Seri yang jatuh tempo di 15 Maret 2034 ini pemerintah serap sebanyak Rp 800 miliar. 

Sedangkan, seri PBS031 yang jatuh tempo di 15 Juli 2024 mendapat penawaran dari investor sebesar Rp 4,27 triliun dan pemerintah menyerap Rp 1 triliun dari seri ini. 

Jumlah penawaran yang masuk paling rendah adalah pada seri PBS033. Seri yang jatuh tempo pada 15 Juni 2047 ini diserap paling sedikit dari pemerintah di Rp 400 miliar. 

Baca Juga: Kepemilikan Bank di SBN Berpotensi Menurun di 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×