kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aksi Tower Bersama (TBIG) akuisisi 3.000 menara dari IBST jadi pendorong kinerja 2021


Selasa, 02 Maret 2021 / 18:40 WIB
Aksi Tower Bersama (TBIG) akuisisi 3.000 menara dari IBST jadi pendorong kinerja 2021
ILUSTRASI. Pekerja melakukan perawatan menara (tower) telekomunikasi milik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) masih akan kembali melanjutkan kinerja positif pada tahun ini. Sektor menara dinilai masih akan prospektif seiring dengan perkembangan teknlogi ke depan. Ditambah lagi, aksi akuisisi TBIG pada akhir tahun lalu juga akan memperkokoh kinerja emiten milik grup Saratoga ini.

Analis Korea Investment Sekuritas Indonesia David Arie Hartono dalam risetnya pada 4 Februari 2021 mengatakan, TBIG menjadi salah satu emiten yang berhasil membukukan kinerja yang solid sejak dimulainya pandemi pada Maret tahun lalu. Dari sisi harga saham, TBIG bahkan sudah naik hingga 105% secara year on year.

David meyakini, tren serupa masih akan tetap berlanjut pada tahun ini. Menurutnya, terdapat tiga faktor yang akan menjadi katalis positif untuk TBIG. 

Pertama, pertumbuhan sewa menara yang lebih tinggi seiring traffic jaringan yang juga lebih tinggi. Kedua, rasio sewa yang masih akan tetap stabil. Ketiga, sektor menara sudah tidak termasuk dalam daftar investasi negatif di Indonesia.

“Apalagi, melalui akuisisi yang dilakukan TBIG terhadap 3.000 menara milik PT Inti Bangun Sejahtera (IBST) pada tahun lalu akan mendorong pertumbuhan pendapatan TBIG pada tahun ini. Dengan adanya akuisisi tersebut, jumlah menara TBIG pada akhir tahun ini akan menyentuh 20.500 menara,” tulis David dalam risetnya.

Analis Indo Premier Sekuritas Hans Tantio dalam risetnya pada 27 Januari mengatakan, akuisisi ini akan memperkecil selisih jumlah menara TBIG dengan Mitratel dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). 

Baca Juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) kucurkan anak usaha pinjaman Rp 2,9 triliun

Setelah akuisisi, jumlah menara TBIG akan mencapai 19.100 menara, sementara Mitratel memiliki 22.000 menara dan TOWR memiliki 21.300 menara.

Selain itu, Hans menilai akuisisi menara yang dilakukan TBIG ini akan menguntungkan perseroan karena menara-menara tersebut akan membawa tenant dari Telkomsel dan juga berpotensi menambah tenant dari PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Terlebih lagi, Telkomsel dan FREN telah memenangkan lelang spektrum 5G pertama. 

Sementara analis Ciptadana Sekuritas Gani mengatakan TBIG menjadi salah satu emiten yang mendapat berkah di tengah tren suku bunga yang rendah. Emiten menara ini baru saja melakukan refinancing terhadap beberapa utangnya dengan bunga yang lebih rendah. 

Dengan cost of fund yang lebih murah, maka akan meringankan beban TBIG ke depan. Tak hanya diuntungkan oleh suku bunga yang rendah, TBIG juga didukung oleh pertumbuhan organik dan anorganik yang kuat, hal ini pada akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan EPS TBIG yang lebih cepat.

“Ciptadana melihat target dari TBIG yakni sebanyak 3.000 penyewa baru pada tahun ini sangat mungkin tercapai. Hal ini seiring potensi pertumbuhan industri ini yang masih prospektif. Perusahaan telekomunikasi masih akan terus meningkatkan kapasitas jaringan mereka,” kata Gani kepada Kontan.co.id, Selasa (2/3).

Gani melihat, terdapat potensi pesanan dari Telkomesel berupa built-to-suit, melanjutkan tren kenaikan sejak kuartal III-2020. 

Sementara pertumbuhan kolokasi yang kuat akan datang dari EXCL dan FREN seiring keduanya masih akan melanjutkan peningkatan kapasitas jaringan untuk memenuhi pertumbuhan lalu lintas dan juga untuk mengantisipasi merger ISAT-Hutchison Tri.

Di satu sisi, aksi akuisisi TBIG terhadap 3.000 menara milik PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) pada akhir tahun kemarin akan menggenjot pendapatan dan EBITDA ke depannya. Dengan menggabungkan pertumbuhan anorganik, Gani memproyeksikan TBIG pada tahun ini dapat membukukan kenaikan pendapatan menjadi Rp 6,12 triliun serta laba bersih Rp 1,36 triliun.

“TBIG juga pada akhir tahun lalu mendapatkan kenaikan rating dari Fitch menjadi AA+yang akan memberi imbas positif ke TBIG karena akan membuat biaya utang tetap rendah. Sementara dari sisi investor, hal ini juga berarti risiko yang lebih rendah pada arus kas bebas perusahaan yang tidak hanya akan menurunkan biaya hutang tetapi juga biaya ekuitas,” tambah Gani.

Baca Juga: Tower Bersama selesaikan penerbitan obligasi TBIG IV Tahap III Rp 2,91 triliun

Jika bicara dari sisi valuasi, David menilai ada kemiripan valuasi TBIG pada saat ini dengan 2014 silam. Pertama, sektor menara bereaksi positif dengan adanya investasi teknologi. Pada 2014, saat itu perkembangan 4G, sementara pada tahun ini adanya akselerasi digital di luar pulau Jawa dan rural area yang akan mendorng pertumbuhan organik bagi emiten menara. 

“TBIG menjadi yang paling diuntungkan dari kondisi tersebut karena punya hubungan kerjasama yang erat dengan TLKM. Lalu, dari sisi pertumbuhan pendapatan, EBITDA, dan ROE juga mirip didorong oleh pertumbuhan anorganik. Pada 2014 lewat pembelian menari dari ISAT, sementara pada tahun ini dari IBST,” imbuh David.

David merekomendasikan untuk beli saham TBIG dengan target harga Rp 2.800 per saham. 

Sementara Gani dan Hans juga sama-sama memberi rekomendasi beli dengan target harga masing-masing Rp 2.950 dan Rp 2.700 per saham.

Selanjutnya: Saham-saham ini masih akan menjadi pemberat laju IHSG, simak rekomendasi analis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×