Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2022 masih akan diramaikan dengan aksi korporasi berupa penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Emiten di sektor perbankan bakal semarak menggelar aksi tersebut.
Pasalnya, perbankan di Indonesia yang tercatat sebagai emiten masih banyak yang harus melakukan penguatan modal guna memenuhi tenggat waktu aturan modal inti minimum Rp 3 triliun di akhir 2022.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, sejumlah emiten bank yang berencana rights issue di tahun ini, antara lain PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA), PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR), PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI), PT Bank Ganesha Tbk (BGTG).
Selanjutnya ada PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR), PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS), PT Bank NationalNobu Tbk (NOBU), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).
Baca Juga: Akan Right Issue, Waskita Karya (WSKT) Bidik Dana Segar Rp 4 Triliun
Selain bank-bank kecil, bank menengah dan besar juga merencanakan rights issue pada tahun ini. Diantaranya adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) yang akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 925 juta saham dengan perkiraan harga Rp 1.000 pada Maret mendatang. Target dana yang dibidik mencapai Rp 925 miliar.
Tak hanya di sektor perbankan, rights issue akan dilakukan oleh sejumlah emiten di sektor lain, seperti emiten media punya Menteri BUMN Erick Thohir yakni PT Mahaka Media Tbk (ABBA). Selanjutnya ada PT MNC Energy Investments Tbk (IATA), yang dahulu bernama PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk.
Equity Research Analyst MNC Sekuritas Rifqi Ramadhan menyebut bahwa rights issue merupakan aksi korporasi yang positif bagi emiten untuk meningkatkan ekuitas dan menjaga kecukupan likuiditas mereka. Bagaimana prospek kinerja emiten setelah rights issue, akan sangat bergantung dari alokasi penggunaan dana yang telah dijaring.
Baca Juga: Simak Sejumlah Strategi yang Disiapkan Emiten Emas di Tahun 2022
Untuk emiten perbankan, misalnya, mayoritas rights issue dilakukan untuk mencukupi kebutuhan permodalan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di samping untuk melakukan transformasi bisnis ke perbankan digital.
"Dari hal tersebut kami memandang baik tujuan rights issue itu, mengingat dana yang didapat akan digunakan untuk keperluan ekspansif," kata Rifqi kepada Kontan.co.id, Senin (14/2).
Begitu juga dengan ABBA, yang akan fokus pada keperluan investasi. Dana yang dihimpun lewat rights issue nantinya akan dipakai untuk modal kerja sebesar 10% dan investasi di sektor teknologi digital sebanyak 56%.
Rifqi juga memandang rights issue dan prospek bisnis IATA dengan kacamata yang positif. Mengingat IATA akan memakai dana tersebut untuk melakukan transformasi bisnis dari transportasi ke sektor energi. "Seperti yang diketahui, bisnis energi sedang diuntungkan dari kenaikan harga komoditas," imbuh Rifqi.
Baca Juga: Menanti Guyuran Dividen dari Bank BUMN