Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi korporasi dari emiten produsen dan eksportir batubara, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dinilai membawa katalis positif bagi kinerja perusahaan.
BUMI belum lama ini mengumumkan rencana diversifikasi usaha dengan melakukan ekspansi ke bidang hilirisasi serta mineral kritis.
BUMI sebelumnya telah menandatangani kesepakatan awal (term sheet agreement) dengan Wolfram Limited (WFL) pada Juni 2025 lalu. Ini merupakan perusahaan asal Australia yang bergerak di bidang pertambangan emas dan tembaga.
Untuk menuntaskan aksi korporasi ini, BUMI menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I senilai Rp 350 miliar. Lalu, BUMI juga menawarkan Obligasi Berkelanjutan I BUMI Tahap II Tahun 2025 dengan jumlah pokok Rp 721,61 miliar.
Baca Juga: Intip Kinerja Emiten Properti Jelang Penentuan Suku Bunga dan Rekomendasi Analis
Sekitar 45,34% hasil penawaran umum akan digunakan untuk kewajiban pembayaran tahap 2 dari rencana akuisisi terhadap perusahaan tambang tembaga dan emas, Wolfram Limited.
Setelah penyelesaian akuisisi tersebut, sekitar 13,71% akan digunakan perseroan untuk pemberian pinjaman kepada WFL. Lalu, sekitar 3,07% bakal digunakan untuk pengembangan pabrik pengolahan bijih, sekitar 9,20% untuk biaya eksplorasi WFL, dan sisanya untuk keperluan modal kerja WFL.
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan prospek BUMI cukup menarik seiring dengan langkah diversifikasi ke tambang emas dan tembaga melalui akuisisi. Ditambah aset yang diakuisisi bersifat siap produksi, sehingga kontribusinya akan relatif lebih cepat.
"Dari sisi sentimen pendukung, diversifikasi ke emas dan tembaga memberi eksposur ke komoditas yang lebih stabil secara harga, dan bisa menjadi penyeimbang kinerja di tengah tren pelemahan harga batu bara," kata Ekky kepada Kontan, Selasa (16/9).
Namun di sisi lain, beban pembiayaan dari penerbitan obligasi dan risiko operasional di luar negeri menjadi tantangan yang harus dikelola secara hati-hati. Proyek ini juga membutuhkan eksekusi yang solid agar benar-benar berdampak positif terhadap laba.
Senada, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menyampaikan rencana akuisisi tambang emas dan tembaga di Australia menjadi prospek positif bagi kinerja perusahaan ke depan.
Menurut Sukarno diversifikasi lanjutan ke sektor emas dan tembaga yang sebelumnya sudah dilakukan tiga tahun terakhir berpotensi meningkatkan kontribusi terhadap total pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada batu bara yang selama ini menjadi bisnis inti BUMI.
"Hal ini memberi peluang saham kembali bergerak dalam tren kenaikan jangka menengah hingga panjang," ucap Sukarno kepada Kontan, Selasa (16/9).
Selain langkah diversifikasi, beredar kabar di kalangan pelaku pasar bahwa BUMI tengah diminati oleh taipan Indonesia, Prajogo Pangestu. Kontan telah mencoba konfirmasi kepada pihak BUMI maupun Barito Grup mengenai rumor ini, namun hingga kini belum ada jawaban resmi yang diberikan.
Sukarno menambahkan, rumor masuknya investor besar seperti Prajogo Pangestu berpotensi semakin memperkuat prospek BUMI ke depan. Sementara, Ekky berpendapat rumor tersebut masih bersifat spekulatif dan belum ada konfirmasi resmi, jadi sejauh ini masih sebatas rumor pasar.
Di luar rumor tersebut, Ekky menekankan bahwa aksi akuisisi aset emas dan tembaga oleh BUMI cukup menarik. Menurutnya, langkah ini berpotensi menjadi pemicu penguatan harga saham, terutama karena pergerakan saham BUMI saat ini masih sideways dan menunggu momentum katalis yang lebih kuat.
Ekky bilang apabila saham BUMI berhasil mengkonfirmasi pembalikan arah, ada peluang penguatan ke posisi Rp 140 hingga Rp 150 dalam jangka menengah.
Di samping itu, Sukarno menilai saham ini menarik dicermati sebagai spekulatif play dengan basis katalis aksi korporasi. Namun, investor perlu mewaspadai volatilitas tinggi dan menjaga porsi secara terukur.
Saat ini Sukarno merekomendasikan akumulasi beli dengan target harga di kisaran Rp 120–Rp 130 dalam jangka menengah, sambil menunggu kepastian realisasi aksi korporasi. "Harap diperhatikan support kuatnya di Rp 107-Rp 109," tutup Sukarno.
Baca Juga: Perusahaan Patungan TPIA dan Glencor Raih Kredit Jumbo, Ini Catatan Analis
Selanjutnya: Program MBG Berpotensi Dorong Pertumbuhan Impor Kedelai AS ke Indonesia
Menarik Dibaca: Riset OCBC, Generasi Muda yang Investasi Emas Batangan Meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News