Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yield US Treasury (UST) dan yield SUN 10-tahun terus mendaki. Senin (21/8) pukul 20.06 WIB, yield US Treasury tenor 10 tahun berada di 4,31% yang merupakan level tertinggi sejak awal November 2007. Sedangkan yield SUN acuan tenor 10 tahun seri FR0096 hari ini berada di 6,60% yang merupakan level tertinggi sejak akhir April 2023 dengan level tertinggi 7,03% di awal tahun.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan yield keduanya diantaranya adalah inflasi yang perlambatannya cenderung moderat. Selian itu pernyataan pejabat Fed bahwa mereka masih mempertimbangkan risiko inflasi yang meningkat.
"Kedua hal tersebut kemudian mendorong ekspektasi bahwa Fed mungkin masih akan menaikkan suku bunga di tahun 2023 meningkat di kalangan investor, sehingga mendorong kenaikan yield UST dan SUN," kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (21/8).
Meski begitu, Josua memperkirakan potensi upside dari yield obligasi di jangka 3 bulan ke depan. Hal ini seiring dengan masuknya investor asing ke pasar obligasi.
Baca Juga: Investor Diprediksi Bakal Lebih Berhati-hati pada Lelang SUN Selasa (22/8)
Dia menilai, masuknya investor asing diperkirakan mungkin baru akan terjadi pada akhir kuartal III 2023. Sebab, sentimen dari perlambatan data AS yang berlanjut sehingga Fed mulai akan mempertimbangkan untuk menahan suku bunganya hingga 2024.
Dari sisi supply, penerbitan di sisa tahun 2023 berpotensi lebih terbatas yang terlihat dari target penerbitan pemerintah yang sudah mencapai 50% pada bulan Juli lalu. Kedua hal tersebut kemudian berpotensi mendorong penurunan yield pada akhir tahun 2023.
"Yield dari SUN 10 tahun diperkirakan bergerak di kisaran 6,2%-6,4%," kata Josua.
Oleh sebab itu, Josua menyarankan investor mungkin perlu mempertimbangkan seri-seri benchmark yang akan diterbitkan. Sebab seri tersebut akan cenderung lebih likuid di tahun 2024 mendatang.
"Ini menjadi cukup krusial bagi para investor yang mempunyai horizon investasi lebih dari 6 bulan, atau ingin menambah portofolio obligasi secara umum," kata dia.
Baca Juga: Penguatan Dolar dan Imbal Hasil Obligasi AS Meredupkan Kilau Emas
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi juga menyarankan dengan tingkat yield yang tinggi, investor sebaiknya menahan diri untuk masuk pasar obligasi. Sebab, jika yield naik artinya risiko premiumnya naik sehingga ada tekanan pada pasar obligasi.
Namun, dia juga sepakat bahwa masih akan ada upside yang mana harga SUN yang diperkirakan akan menguat dalam waktu dekat, dengan prediksi penurunan imbal hasil (yield) 10 tahun ke kisaran 6,2%-6,4%.
"Apresiasi harga SUN ditopang proyeksi kesepakatan penentuan plafon utang Amerika Serikat (AS) yang meredam kekhawatiran investor atas potensi gagal bayar utang (default) negara adidaya tersebut," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News