kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Aksi jual asing bikin saham bluechip lebih seksi


Kamis, 01 November 2018 / 06:00 WIB
Aksi jual asing bikin saham bluechip lebih seksi


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian ekonomi tengah menggelayuti pasar saham Indonesia. Aksi jual asing yang sampai Rabu (31/10) mencapai Rp 54,8 triliun diperkirakan belum selesai.

Sejatinya, fundamental Indonesia, baik makroekonomi maupun kinerja emiten bisa dibilang kinclong. Tetapi kenapa asing masih melakukan aksi jual?

Tae Yong Shim, Direktur Pasar Modal Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebut, aksi jual investor asing lebih didorong arus dana keluar. Bukan karena kondisi fundamental Indonesia yang buruk.

"Fund manager asing tak terlalu mempertimbangkan fundamental pasar Indonesia. Ketika mereka membutuhkan uang untuk shift ke pasar yang lebih baik, mereka menjual yang sudah dimiliki," kataTae Yong yang kerap dipanggil Taye Shim ini, Selasa (30/11).

Salah satu pendorongnya, menurut dia, adalah rebalance penghuni MSCI. Menariknya pasar saham China mendorong aksi jual saham-saham Indonesia yang lebih terpapar, yaitu penghuni MSCI. Sebut saja TLKM, ASII, atau BBRI. Sementara IHSG turun single digit, saham-saham ini bisa turun dua digit. 

Alasan kedua adalah kekhawatiran pasar akan perang dagang Amerika Serikat - China, dan konflik geopolitik, pemberian citra buruk pada pasar emerging oleh ekonomi Turki, Argentina, juga menjauhkan asing dari pasar yang lebih berisiko dan mencari aset lebih aman. 

Faktor lainnya adalah rencana pemilu Indonesia di tahun 2019 mendatang. 

"Investor asing belum siap membeli lagi karena belum tahu apa yang terjadi selanjutnya," kata Taye. Dia memperkirakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir tahun 2018 bisa berada di level 6.150. Rabu (31/10), IHSG berada di level 5,831.

Di tengah kondisi ini, Taye melihat, justru selisih Indeks LQ45 dan IHSG semakin rapat. "Kami melihat daya tarik nilai yang besar di saham large-cap ketimbang pertumbuhan saham small-cap," katanya. 

Mirae memperkirakan, fundamental Indonesia tetap tumbuh positif. Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan tumbuh 5,2%, jika pertumbuhan ekonomi kuartal III menyentuh 5,1%. Sedangkan bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan mengekor pergerakan The Fed, dan akan naik menjadi 6%. Saat ini, bunga acuan BI 7-day reverse repo rate di level 5,75%, yang artinya ada peluang kenaikan 25 basis poin lagi di sisa tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×