Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya tekanan ekonomi akibat dampak dari penyebaran pandemi Covid-19 diprediksi bakal menjadikan bisnis emiten sektor retail lebih menantang. Hal ini disebabkan dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Di samping itu, kekhawatiran akan lonjakan kasus virus corona juga masih terjadi seiring dengan penerapan pedoman kenormalan baru.
Analis Sinarmas Sekuritas Paulina Margareta mengatakan, pandemi Covid-19 tentunya akan sangat berdampak bagi industri retail Tanah Air Tahun ini. Bahkan, prediksinya angka penjualan retail diestimasikan turun antara 5% hingga 40% di tahun ini.
Kondisi tersebut tentunya akan berpengaruh pada perolehan laba bersih industri retail yang diprediksi turun 30% hingga 80% di 2020. "Hal ini, terutama karena penjualan sepanjang akhir Maret 2020 hingga Mei 2020 sangat lemah," kata Paulina kepada Kontan.co.id, Jumat (10/7).
Baca Juga: Sejumlah emiten indeks LQ45 alokasikan capex yang lebih rendah untuk tahun ini
Menurut Paulina, beberepa emiten seperti PT Matahari Department Store(LPPF) dan PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS) jadi yang paling dalam terkena dampaknya. Hal ini karena, hampir sekitar 40% dari penjualan emiten tersebut sangat bergantung pada musim Lebaran.
Rekomendasi Paulina cenderung neutral untuk RALS dan LPPF dengan target harga masing-masing Rp 590 per saham dan R 1.440 per saham. "Lebaran kali ini bisa sama-sama dirasakan sangat turun antusiasmenya karena ada pelarangan mudik," tambah dia.
Kondisi diperparah dengan pembatasan kegiatan sosial dan juga penurunan daya beli dari hampir seluruh masyarakat. Apalagi, turunnya daya beli lebih banyak dirasakan oleh masyarakat kalangan kelas menengah ke bawah.
Baca Juga: Peritel wait and see membuka gerai
Ditambah lagi, untuk pemain industri retail, proporsi dari fixed cost sangat besar, terutama untuk beban rental dan gaji. Untuk itu, Paulina memperkirakan kinerja keuangan emiten sektor retail sangat bergantung pada kemampuan perusahaan untuk terus melakukan efisiensi.
Adapun aturan kenormalan baru, diharapkan bisa memberikan angin segar bagi para pemain di bisnis retail Tanah Air. Meskipun begitu, dia juga menyadari, bahwa penerapan kenormalan baru belum akan sepenuhnya bisa menutup kerugian dari pelemahan yang terjadi sepanjang beberapa bulan sebelumnya.
"Kalau kita lihat mall-mall yang ramai, kebanyakan (kelas) menengah, menengah ke atas seperti Kota Kasablanka (Kokas), Grand Indonesia (GI), dan Central Park. Meskipun traffic baru sekitar 30%-40% dari hari-hari biasa," ungkapnya.
Baca Juga: Peritel Wait and See Membuka Gerai di Era Kenormalan Baru
Di sisi lain, Paulina menilai dari beberapa gerai yang sudah mulai dibuka di beberapa pusat perbelanjaan. Gerai-gerai dengan brand terkenal seperti Zara, Adidas, dan Nike tampaknya sudah cukup ramai dikunjungi. Apalagi, banyak gerai yang juga menawarkan berbagai potongan harga atau discount.
Untuk itu, dengan melihat berbagai prospek yang terjadi beberapa waktu terakhir, Paulina paling merekomendasikan buy saham PT Mitra Adiperkasan Tbk (MAPI) dengan target harga Rp 830 per saham di akhir 2021. Menurutnya, sales recovery MAPI akan jadi yang paling cepat mengalami recovery dengan target market yang lebih kokoh.
Ke depan, Paulina menilai tren emiten sektor retail akan dihadapkan pada outlook yang semakin menantang. Apalagi, dengan banyaknya orang memilih untuk mengurangi pergi keluar, maka industri e-commerce akan semakin populer.
"Tren tersebut lama kelamaan bakal mengubah landscape habit orang-orang untuk berbelanja. Kami merasa untuk sektor retail baiknya dibeli untuk trading," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News