Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perayaan Diwali di India serta kekhawatiran terhadap penyelidikan calon Presiden Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton mendorong harga emas. Namun, prospek pergerakan harga emas masih tetap bearish menjelang akhir tahun.
Mengutip Bloomberg, pada Jumat (28/10) pekan lalu harga emas kontrak pengiriman Desember 2016 di Commodity Exchange menguat 0,58% ke US$ 1.276,8 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga emas terangkat 0,85%.
Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures, mengatakan, harga emas pakan lalu diliputi sentimen negatif. Penguatan harga pun hanya sementara lantaran dukungan festival Diwali. Acara puncak festival ini pada akhir Oktober memicu kenaikan permintaan emas fisik.
Tapi, ancaman kenaikan suku bunga The Fed akhir tahun ini membayangi laju harga emas. Apalagi, tahun depan bank sentral AS berencana kembali mengerek suku bunga tiga kali.
Data pertumbuhan ekonomi negeri uak Sam di kuartal III 2016 yang tumbuh 2,9% juga menekan harga emas. Angka pertumbuhan ekonomi AS lebih baik dari kuartal sebelumnya 1,4% serta di atas proyeksi 2,5%. Data ini memicu penguatan USD.
"Permintaan fisik emas menurut SPDR Gold Trust juga terus menurun," kata Deddy. Harga terkoreksi Sebenarnya, isu Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) bisa menahan kejatuhan harga emas.
Jika kekhawatiran hard Brexit kembali muncul, emas dapat diburu sebagai aset aman. Tetapi, pertumbuhan ekonomi Inggris kuartal III 2016 positif, yakni 0,5% atau di atas proyeksi 0,3%. Data itu mampu meredam isu Brexit.
Dengan balutan sentimen negatif, Deddy memprediksi harga emas akhir tahun di US$ 1.200–US$ 1.240.
Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, memaparkan, data ekonomi AS meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Selanjutnya, pasar mencermati pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), 3 November.
"Pelaku pasar mencari sinyal, apakah The Fed akan menaikkan suku bunga," ujarnya.
Isu lain yang menggerakkan harga emas adalah pemilihan presiden AS. Kemenangan Hillary Clinton dalam debat calon Presiden AS sempat menekan harga emas.
Tapi, harga emas akhir pekan lalu menguat setelah Federal Bureau of Investigation (FBI) membuka kasus penggunaan e-mail pribadi Hillary saat jadi menteri luar negeri.
Pasar lebih menyukai Hillary karena dianggap akan meneruskan kebijakan Pemerintahan Barack Obama. Sedang pesaingnya, Donald Trump dinilai kontroversial. Jika Trump menang, akan terjadi kekhawatiran pasar sehingga mendongkrak minat emas.
Secara teknikal, Faisyal bilang, harga emas di bawah moving average (MA) 50, MA100, dan MA200. MACD di area negatif 10,022. RSI bergerak sideways di level 56,35. Stochastic turun ke 47,5.
Pada Senin (31/10), Faisyal memproyeksikan, harga emas bakal terkoreksi di US$ 1.250–US$ 1.280 dan sepekan US$ 1.240–US$ 1.285. Deddy memperkirakan, harga emas hari ini melemah di US$ 1.264,9–US$ 1.286,9 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News