Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga akhir tahun, OSO Sekuritas memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) berada di level 6.100. Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas, mengatakan, target tersebut cenderung konservatif, bila melihat penutupan IHSG akhir tahun lalu di level 6.194,49.
"Idealnya menjelang penutupan bulan ini IHSG turun dulu. Jika memang IHSG bertahan di level sekarang ada peluang ke level 6.189," jelas Sukarno saat dihubungi Kontan, Selasa (19/11).
Baca Juga: IHSG ditutup menguat 0,48%, begini prediksi analis pada perdagangan Rabu (20/11)
Sukarno menambahkan, berdasarkan siklus, pada Desember nanti, IHSG akan membaik bila dibandingkan bulan ini karena ada peluang window dressing.
Dus, saham yang menarik untuk dikoleksi menjelang Desember hingga kuartal pertama tahun depan adalah BBRI, BBNI, BBTN, BMRI, BSDE, CTRA, ADHI, PTPP, WIKA, WSKT, JSMR, PGAS, ASII, GIAA dan INCO.
Alasannya, Sukarno melihat ada sentimen penurunan suku bunga yang diharapkan bisa meningkatkan iklim investasi. Selain itu, program lanjutan Presiden RI Joko Widodo untuk membangun infrastruktur juga menjadi alasan saham-saham konstruksi menjadi pilihan.
Baca Juga: Suku bunga BI diprediksi tetap, ini rekomendasi untuk saham perbankan
Lebih lanjut, Sukarno melihat saham-saham tersebut berpotensi mengalami kenaikan harga sekitar 10%-25% hingga kuartal I-2020.
Sedangkan apabila terjadi pelemahan indeks yang salah satunya karena siklus tahunan setelah naik di kuartal satu, Sukarno memiliki rekomendasi lain.
Baca Juga: Ditutup menguat pada perdagangan hari ini, begini prediksi IHSG Rabu (20/11)
Secara siklus, menjelang Mei, saham-saham yang layak dikoleksi adalah saham di sektor barang konsumer seperti ICBP, INDF,KLBF, UNVR, HOKI, GGRM dan HMSP.
Namun Sukarno tetap memberi catatan perlu melihat kondisi pergerakan teknikal atau menunggu momentum teknikal untuk kembali masuk.
"Untuk saham-saham yang perlu dihindari yaitu saham yang berada di lapis ketiga, kapitalisasi pasar kurang dari Rp 500 miliar," imbuh Sukarno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News