Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas, Rika Theo |
JAKARTA. Sudah dua minggu terakhir ini saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) bergerak melandai di bawah Rp 1.100. Tak seperti si induk yang pesonanya meredup, saham sang anak PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS) justru makin berkilau.
Pada masa jayanya dahulu, BUMI pernah mencatat kenaikan spektakuler hingga mencapai harga Rp 8.550 di akhir tahun 2008. Tapi kini BUMI terpuruk menuju level Rp 1.000. Dalam dua pekan terakhir hingga hari ini (3/8), harga BUMI turun 3,67% menjadi Rp 1.050.
Sekarang, perhatikan BRMS. Selama dua pekan terakhir harganya melejit tajam. Hari ini ketika IHSG terkoreksi, harga BRMS masih mendaki ke Rp 520. Dibandingkan harga penutupan Jumat (20/7) dua pekan lalu di Rp 335, harga saham BRMS telah melompat 55,22%.
Akankah BRMS menjadi the next BUMI? Para analis masih belum terlalu yakin.
Managing Partner PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe berkata, jika dilihat dari kapitalisasinya, saham BMRS masih jauh dari BUMI. "Selain itu BRMS masih belum bisa menjanjikan dividen sebab PT Newmont Nusa Tenggara juga menyampaikan tidak akan membagikan dividen untuk beberapa tahun ke depan," paparnya.
Kepala Riset Indosurya Securities Tonny W. Setiadi juga kurang lebih berkomentar serupa. Menurutnya, kenaikan saham BRMS tersebut lebih dipicu sentimen positif dari rencana akuisisi lahan tambang BRMS di Sulawesi Utara dan Sumatera. "Walaupun perizinannya sudah kelar, namun masih dalam proses eksplorasi," kata Tonny kepada KONTAN, Jumat (3/8).
Ke mana arah BRMS?
Tonny mencermati, saat ini saham BRMS sudah berada di area overbought, lantaran sudah menguat sejak pertengahan Juli lalu. Dia menyarankan trader bisa memanfaatkan momen sentimen fundamental sebagai ajang spekulasi jangka pendek.
"Saham ini bagus untuk jangka pendek dan menengah karena proses eksplorasinya atas lahan tambang barunya juga masih belum terealisasi," tambah Tonny. Jika saham BRMS sudah terkoreksi sampai level Rp 450, trader bisa masuk untuk mengejar target ke Rp 630.
Saran berbeda datang dari Kiswoyo. Ia justru berpendapat saham BRMS bagus dikoleksi untuk investor jangka panjang. "Karena semua ekspansi yang dikerjakan akan berbuah hasil dua sampai tiga tahun yang akan datang," jelasnya, Jumat (3/8).
Kiswoyo juga memprediksi, untuk dua tahun mendatang, saham BRMS berpotensi menuju harga Rp 1000-an. Hanya saja, saham ini menyimpan risiko juga. Kiswoyo masih mengkhawatirkan, kondisi pendanaan BRMS untuk ekspansinya.
"Walaupun saat ini debt of fund BRMS masih kecil, bisa jadi akan tinggi seiring kebutuhan dana untuk ekspansinya," kata Kiswoyo. Hal ini menimbang kas BRMS masih tergolong kecil, sekitar Rp 360 miliar per akhir tahun 2011.
Kiswoyo menguraikan bahwa indikator teknikal seperti Moving Average Convergence Divergence ( MACD) dan Stochastic BRMS menunjukkan posisi di atas. Artinya, saham ini tinggal menunggu waktu untuk turun.
Bagaimana dengan BUMI?
Sedangkan untuk mantan saham sejuta umat, kedua analis merekomendasikan pelaku pasar untuk wait and see dulu. "Hal ini menimbang pada kuartal satu kemarin, BUMI rugi lebih dari 190% karena penurunan harga batubara, dan kenaikan biaya produksinya,"jelas Tonny.
Namun, dengan menimbang batubara produksi BUMI berkadar baik, pendapatan BUMI bisa saja meningkat. Tapi syaratnya, harus ada sentimen yang mengangkat harga batubara tahun ini. BUMI merupakan emiten yang menyimpan cadangan batubara terbesar di Indonesia.
Jikapun berminat terhadap saham BUMI, Kiswoyo merekomendasikan pemodal untuk menyimpannya dalam jangka pendek. Lantas, investor bisa memanfaatkan grafik pergerakan harga untuk mendapatkan keuntungan.
Kiswoyo melihat ada potensi koreksi BUMI ke Rp 1.000, bahkan potensi harga melorot ke bawah Rp 1.000 pun terbuka. "Jika turun menembus Rp 1.000, maka trennya akan terus turun dan trader cut loss," jelas Kiswoyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News