kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dikejar utang, BUMI tarik aset dan piutang


Senin, 18 Juni 2012 / 07:00 WIB
Dikejar utang, BUMI tarik aset dan piutang
ILUSTRASI. Jahe


Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali melontarkan niatnya menarik piutang dan mencairkan investasi di beberapa tempat, pada kuartal III-2012 nanti. BUMI juga akan melepas kepemilikannya di PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS).

Dana itu akan digunakan BUMI untuk mempercepat pembayaran utang kepada China Investment Corp (CIC) senilai US$ 600 juta pada Oktober 2012. “Kami akan dapatkan dana itu sebelum Oktober 2012," kata Dileep Srivatava, Direktur BUMI, pekan lalu.

BUMI masih memiliki piutang di PT Bukit Mutiara senilai US$ 260 juta. Sedangkan investasi di Recapital Asset Management nilainya sebesar US$ 350 juta.

Sejatinya, penarikan piutang dan monetisasi investasi itu sudah mundur dari target semula. Awalnya, manajemen menargetkan bisa menarik piutang di Bukit Mutiara sebesar US$ 130 juta di kuartal I-2012.

Adapun sisanya diharapkan bisa diperoleh pada semester I-2013 nanti. Sedangkan dana hasil investasi di Recapital yang hendak ditarik nilainya US$ 30 juta.

Dileep beralasan, molornya jadwal penarikan piutang dan pencairan investasi dari jadwal, semata karena faktor kebutuhan. "Kami sesuaikan dengan kebutuhan dana kami," kata dia.

Upaya lain pemenuhan kebutuhan dana pembayaran utang adalah dengan menjual kepemilikan saham di BRMS.

Dileep membeberkan, saat ini BUMI masih melangsungkan dialog dengan para calon investor penadah saham BRMS yang bakal mereka lepas. Siapa calon investor berikut potensi nilai pelepasan saham BRMS, Dileep enggan mengungkapkan.

Sumber KONTAN membisikkan, BUMI berencana menjual kepemilikannya di BRMS sebesar 20% pada kuartal III-2012. Beberapa calon investor telah menyatakan minatnya, di antaranya dari China dan Eropa. Nilai penjualan 20% saham BRMS ini ditaksir mencapai US$ 400 juta-US$ 500 juta. Namun, Dileep belum mau memberikan konfirmasi terkait informasi ini.

Belum layak koleksi

BUMI memang kerap menekankan tentang prioritasnya menyelesaikan utang pada CIC. Maklumlah, nilai utangnya sangat besar. Selain itu, beban bunganya juga tinggi.

Total nilai utang yang ditarik pada 18 September 2009 itu mencapai US$ 1,9 miliar. Adapun bunga tingkat pengembalian alias internal rate of return (IRR) secara keseluruhan dari pinjaman tersebut mencapai 19%.

Fasilitas utang terbagi dalam tiga ikatan (commitment). Commitment A senilai US$ 600 juta, akan jatuh tempo empat tahun sejak penarikan. Utang ini telah dibayar di semester II-2011 dengan pinjaman sindikasi.

Lalu, commitment B senilai US$ 600 juta yang sejatinya jatuh tempo pada tahun 2013. BUMI berupaya menyelesaikannya pada Oktober 2012 nanti.

Jika rencana ini terwujud, maka utang tersisa nanti tinggal US$ 700 juta. Commitment C ini memiliki masa jatuh tempo enam tahun sejak penarikan utang. Manajemen berharap bisa menyelesaikan sisa pinjaman ini pada kuartal IV 2013.

Utang jumbo itu diberikan CIC dengan syarat penjaminan. Salah satu jaminan adalah saham milik anak usaha BUMI yakni PT Arutmin Indonesia, PT Kaltim Prima Coal, IndoCoal Resources (Cayman) Ltd., PT IndoCoal Kalsel Resources, PT IndoCoal Kaltim Resources dan the Original Subsidiary Guarantors.

Janson Nasrial, Analis AM Capital, menilai, percepatan pembayaran utang memang bisa mengurangi beban keuangan BUMI nan tinggi. "Tapi yang terpenting adalah eksekusinya. Kalau hanya sounding-sounding saja percuma," tutur dia.

Selama sifatnya hanya rencana, analis menilai BUMI belum layak dibeli. "Rekomendasi saya sell untuk BUMI," kata dia.

Perkiraan Janson, harga BUMI akan stagnan di kisaran Rp 1.000 per saham. Penutupan Jumat (15/6), BUMI sempat amblas hingga Rp 970 sebelum berakhir di Rp 1.080 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×