Reporter: Aloysius Brama | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Meta Epsi Tbk (MTPS) berambisi menggeber kinerja pada tahun 2019 ini. Caranya, MTPS mengincar nilai kontrak hampir dua kali lipat bila dibanding tahun lalu.
“Tahun lalu MTPS berhasil mencatatkan nilai kontrak sekitar Rp 800 miliar,” sebut Direktur Utama PT Meta Epsi Tbk Kahar Nawar kepada Kontan.co.id, Rabu (27/6).
Kahar menyebut proyek pemerintah menjadi kontributor terbesar dari nilai kontrak itu. “Ada tujuh proyek dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan nilai masing-masing Rp 100 miliar hingga Rp 150 miliar,” ungkap Kahar.
Hingga saat ini lebih dari separuh dari proyek tersebut sudah berjalan. Sedangkan sekitar tiga proyek masih berlangsung dengan progress yang beragam. “Ada yang 30%, ada yang 40% tapi ada juga yang hampir rampung,” kata Kahar.
Proyek MTPS didominasi oleh pembangunan stasiun gardu induk.
Tahun ini proyeksi MTPS masih tetap sama. Perusahaan yang baru mencatatkan diri di bursa pada April 2019 lalu itu masih mengincar beberapa proyek, terutama dari PLN dan Pertamina.
Hal itu lantaran secara historis, kedua perusahaan plat merah itu menjadi langganan MTPS. Kahar menyebut perusahaannya ingin meraih kontrak hingga Rp 1,4 triliun pada tahun ini.
Namun Kahar menyebut hingga saat ini MTPS belum banyak mencatatkan nilai kontrak baru. Hingga semester I berakhir, MTPS baru mencatatkan nilai kontrak sebesar Rp 50 miliar. Itupun disumbang dari pembanguan sebuah gudang dari perusahaan swasta.
Selain proyek tersebut, MTPS juga baru saja mencatatkan kerjasama dengan Overseas Oil and Gas (OOG) LLC untuk pembangunan pipa, power station, water treatment dan konstruksi senilai US$ 3 miliar.
Tapi MTPS tak sendiri dalam merealisasikan proyek tersebut. OOG juga menggandeng perusahan swasta lokal yang lain yaitu PT Sanurhastra Mitra Tbk. Sayang Kahar tak menyebut seberapa besar duit yang masuk ke MTPS dari proyek tersebut.
Kahar hanya bilang, kondisi politik yang belum kondusif turut membuat beberapa BUMN langganannya menahan diri untuk merealisasikan rencana bisnisnya. “Tersangkutnya bos PLN dalam kasus korupsi, juga kondisi dimana belum ada penggantinya juga membuat mereka masih menahan diri,” ujar Kahar.
Meski begitu Kahar optimistis target perusahaannya itu bisa terealisasi. “Proyek pengadaan listrik 35.000 megawatt dari pemerintah itu adalah jumlah yang besar dan masih akan berlanjut hingga setidaknya tahun 2025 sebagaimana proyeksi PLN,” ujar Kahar.
Kahar mengatakan realisasi kontrak baru bisa terselenggara paling cepat pada September nanti seiring dengan pembukaan tender-tender proyek baru. “Secara historis memang baru akan terealisasi di bulan-bulan itu,” kata Kahar.
Kahar tak memungkiri perusahaannya tidak bisa sepenuhnya menggantungkan diri pada proyek negara. Untuk itu secara bertahap perusahaannya juga mulai mengincar beberapa proyek swasta.
“Selama ini kontribusi proyek swasta masih sekitar 20%. Secara bertahap akan kita tingkatkan supaya proporsional di angka 40%,” ujar Kahar.
Selama ini untuk segmen swasta, perusahaannya membangun beberapa bangunan seperti gudang dan pabrik.
Dengan proyeksi tersebut, Kahar optimistis pihaknya bisa meraup pendapatan 30%-40% lebih tinggi. Tahun lalu, MTPS berhasil mencatatkan pendaptan senilai Rp 110,10 miliar. Jumlah itu naik signifikan bila dibanding pendapatan tahun 2017 yang hanya sebesar Rp 39,44 miliar.
Sedangkan untuk laba pihaknya belum bisa memproyeksikannya. “Tapi yang jelas juga akan ikut tumbuh seiring dengan pendapatan yang juga tumbuh,” kata Kahar.
Laba yang berhasil dicatatkan oleh MTPS pada tahun lalu sebesar Rp 18,57 miliar. Jumlah itu naik 242,61% dibanding laba tahun 2017 yang sebesar Rp 5,42 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News