kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agar kasus AISA tak terulang, begini seharusnya kehati-hatian dalam berinvestasi


Jumat, 06 Juli 2018 / 20:55 WIB
Agar kasus AISA tak terulang, begini seharusnya kehati-hatian dalam berinvestasi
ILUSTRASI.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) sempat jadi primadona. Bahkan, saham AISA digadang-gadang menjadi the next UNVR. Dengan adanya predikat itu, bisa diasumsikan mereka yang masuk adalah investor yang memang memiliki perhitungan cermat dan hati-hati, tidak asal ikut gorengan saham. Namun, sudah berhati-hati tetap saja jebol.

Kini, predikat itu hilang. Tak sedikit investor yang ikut kejeblos karena rontoknya saham AISA.

Lukas Setia Atmaja, Financial Expert Universitas Prasetya Mulya bilang, kejatuhan sebuah saham itu merupakan risiko yang memang tak bisa dilepaskan dari investasi. Oleh sebab itu, diversifikasi portofolio sangat penting. Saham satu anjlok, masih ada saham atau portofolio lainnya yang bisa mengkompensasi.

Investor saham Sem Susilo yang sudah cukup lama malang melintang di dunia persahaman juga memberikan sedikit tips dalam berinvestasi saham. Menurutnya, lakukan diversifikasi minimal lima saham dan maksimal sepuluh saham di sektor yang berbeda.

"Kalau kurang dari lima, terlalu sedikit. Kalau lebih dari sepuluh kebanyakan, nanti tidak fokus," jelas Sem, Jumat (6/7)

Dalam kasus AISA, itu juga sejatinya merupakan pelajaran penting bagi investor. Jangan hanya mengacu pada laporan keuangan karena data bisa menipu. 

Seharusnya, sudah cepat-cepat keluar ketika ada tanda penurunan yang memang karena faktor fundamental yang signifikan.

Kenali juga rekam jejak manajemen dibaliknya. "Disini terbukti jika Good Corporate Governance (GCG) itu sangat penting," ujar Lukas.

Soal GCG, itu juga seharusnya menjadi sentilan bagi para otoritas pasar modal. Lukas memberikan masukan, otoritas dalam hal ini BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seharusnya jangan terkesan sekadar hitam di atas putih saat melakukan pengawasan. 

Mereka harus lebih pro aktif dalam melakukan pengawasan supaya kejadian serupa tidak terulang.

Hal itu memang tak mudah karena pekerjaan rumah yang lain pun banyak. Tapi, memang wajib dilakukan jika ingin membuat investor dan calon investor nyaman masuk ke pasar modal.

"Saya dari dulu selalu tegaskan GCG itu sangat penting. Jadi, jangan hanya fokus menambah jumlah emiten dan likuiditas, tapi juga titik beratkan pengawasan di sisi GCG," tutur Lukas.

Sem dan investor saham lainnya juga berpendapat, akan lebih baik jika BEI memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kuasa untuk melakukan audit.

Audit juga dilakukan secara rutin dan berkala, dan yang terpenting investigatif. Hal itu diperlukan untuk memastikan laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan fakta.

Laporan keuangan yang bebas rekayasa akan mengurangi risiko investasi. "Bayangkan, apa yang terjadi jika investasi mengacu pada laporan keuangan, tapi ternyata data didalamnya hanya rekayasa?" pungkas Sem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×