CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ada window dressing, aksi jual investor asing akan berkurang di akhir tahun


Senin, 29 Oktober 2018 / 16:52 WIB
Ada window dressing, aksi jual investor asing akan berkurang di akhir tahun
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi jual investor asing di pasar saham dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan dalam negeri. Namun di akhir tahun, analis menilai aksi jual investor asing akan berkurang karena ada window dressing.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun, asing sudah membukukan net sell senilai Rp 56,84 triliun. Angka ini lebih besar dari posisi akhir tahun lalu Rp 40,21 triliun.

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan, beberapa faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya net sell asing di pasar modal di antaranya, kebijakan moneter ketat yang diterapkan oleh The Fed, di mana pada Desember nanti akan ada kenaikan suku bunga acuan yang keempat kalinya dalam tahun ini.

"Selain itu, dipengaruhi juga oleh sejumlah kebijakan perdagangan pemerintahan Donald Trump," tuturnya, Senin (29/10).

Valdy bilang, hal ini memicu capital outflow atau keluarnya sejumlah dana asing dari pasar modal di negara-negara berkembang, salah satunya indonesia.

Sementara dari dalam negeri sendiri, ia mengungkapkan bahwa Indonesia tengah menghadapi isu-isu menjelang pemilu 2019 mendatang sehingga ada kecenderungan wait and see, terutama dari investor-investor asing untuk menginvestasikan dananya di Indonesia.

Namun, ia melihat net sell pada akhir tahun akan berkurang. "Indeks ada potensi techincal reboud yang didorong oleh window dressing dan juga ekspektasi positif terhadap kinerja keuangan emiten, serta perbaikan data ekonomi makro kuartal III 2018," paparnya.

Oleh sebab itu, Valdy memproyeksikan IHSG akan mampu ditutup pada akhir tahun 2018 dengan rentang support di level 6.200 dan resistance di level 6.500.

Dari sisi saham ia merekomendasikan untuk mengoleksi sejumlah saham yang memiliki histori penguatan di akhir tahun.

Dari sektor perbankan ada BBCA, BBNI, BBRI dan BMRI. Dari sektor infrastruktur ada TLKM dan selain itu ada pula saham penopang infrastruktur seperti SMGR dan INKP. Berikut rekomendasi saham dari Phintraco Sekuritas: 

1. Beli saham BBCA dengan target jangka panjang di level Rp 24.000 per saham hingga Rp 24.500 per saham.

2. Beli saham BBRI dengan target jangka panjang di level Rp 3.200 per saham.

3. Beli saham BBNI dengan target jangka panjang di level Rp 7.600 per saham hingga Rp 7.800 per saham.

4. Beli saham BMRI dengan target jangka panjang di level Rp 6.800 per saham hingga Rp 7.000 per saham.

5. Beli saham TLKM dengan target jangka panjang di level Rp 3.800 per saham hingga Rp 3.900 per saham.

6. Beli saham SMGR dengan target jangka panjang di level Rp 9.500 per saham hingga Rp 10.000 per saham.

7. Beli saham INTP dengan target jangka panjang di level Rp 18.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×