Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali menawarkan Surat Berharga Negara Ritel (SBN) ritel berjenis sukuk ritel dengan seri SR013, Jumat (28/8). Dengan tawaran kupon 6,05% per tahun pemerintah optimistis penjualan SR013 akan ramai melebihi target awalnya di Rp 5 triliun.
Sementara itu, prospek pertumbuhan imbal hasil instrumen investasi lainnya juga tidak kalah menarik dari tawaran kupon SR013 yang lebih premium dari suku bunga deposito.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) mampu tumbuh ke level 5.500 hingga 6.000 di akhir tahun ini.
Baca Juga: Sukuk ritel seri SR013 resmi dipasarkan, masa penawaran dibuka hingga 23 September
Kompak, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga memproyeksikan IHSG akhir tahun ini berpotensi tumbuh ke level 5.500. Sementara, IHSG di semester I-2021 berpotensi berada di sekitar 6.000.
Rudiyanto mengatakan sentimen positif yang mendukung pertumbuhan IHSG adalah stimulus pemerintah serta aktivitas ekonomi yang mulai dibuka secara bertahap.
Wawan menambahkan IHSG berpotensi naik bila vaksin telah ditemukan, suku bunga acuan tetap rendah dan laporan keuangan emiten mulai naik.
"Secara historis IHSG yang jatuh dalam akan kembali ke titik awal selama dua tahun, oleh karena itu level 6.000 di tahun depan wajar untuk IHSG," kata Wawan.
Untuk pasar obligasi, Rudiyanto juga memproyeksikan ke depan masih akan tumbuh. Dari awal tahun yield Surat Utang Negara (SUN) tenor acuan 10 tahun berada di 8%, saat ini berkisar di 6,7%.
Rudiyanto memproyeksikan yield berpotensi turun ke 6,25% di akhir tahun, sehingga potensi kenaikan harga SUN masih ada. Sementara itu, Rudiyanto memproyeksikan imbal hasil reksadana pendapatan tetap berpotensi tumbuh 8%-10% di sepanjang tahun ini.
Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menambahkan pasar obligasi berpotensi tumbuh kinerjanya karena tersokong penurunan suku bunga.
"Saat kondisi ekonomi mendekati resesi suku bunga kemungkinan besar akan turun agar ekonomi kembali tumbuh, dengan begitu yield obligasi berpotensi menurun tetapi harga obligasi naik," kata Eko.