Reporter: Akhmad Suryahadi, Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
Dus, pasar menantikan peningkatan ekspor minyak bunga matahari dari Ukraina untuk mengurangi sebagian pasokan yang terbatas saat ini di pasar minyak nabati global. Keadaan ini diperparah dengan keputusan Indonesia yang memberlakukan DMO pada perusahaan eksportir sawit untuk memastikan ketersediaan minyak goreng dalam negeri.
Menurut Ivy dan Ravi, panic buying yang dilakukan untuk menutupi kekurangan sementara pasokan minyak nabati dari Ukraina kemungkinan akan berlanjut sampai situasi membaik. Minyak sawit dan minyak kedelai kemungkinan besar akan diuntungkan dari kondisi ini.
Dengan demikian, harga CPO dalam waktu dekat kemungkinan akan tetap tinggi dan berada di atas perkiraan harga CPO rata-rata yang dipasang CGS CIMB Sekuritas, yakni sebesar RM 4.100 per ton.
Rekomendasi
Andreas mempertahankan rekomendasi beli saham AALI dengan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp 20.000 dari sebelumnya Rp 19.000. Rekomendasi ini menimbang naiknya proyeksi kinerja laba bersih AALI yang mengakibatkan posisi kas yang lebih tinggi.
Baca Juga: Mirae Asset Rekomendasikan Beli Saham Adaro Energy (ADRO), Ini Alasannya
Sedangkan CGS CIMB Sekuritas merekomendasikan add saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dengan target harga Rp 1.250.
Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy merekomendasikan beli saham PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dengan target harga Rp 900. TAPG, dia menyebut, hampir seluruh produksinya memang selama ini dijual ke pembeli domestik. Sehingga aturan DMO tidak memiliki dampak material terhadap TAPG.
Kebijakan domestic price obligation (DPO) juga sebenarnya tidak berdampak signifikan terhadap TAPG. “Karena margin dari penjualan non-DPO yang lebih besar dapat mengompensasi potensi margin yang lebih rendah dari penjualan DPO,” terang Robertus kepada Kontan.co.id, Kamis (10/3).
Selain itu, mengingat usia pohon yang lebih muda, serta kemajuan teknologi dan komitmen keberlanjutan, Robertus berpendapat bahwa TAPG layak mendapatkan valuasi premium dibandingkan dengan perusahaan lain di sektor ini.
Robertus menilai, harga CPO masih akan bertahan di atas MYR 6.000-6.500 pada tahun ini. Proyeksi tersebut dengan menimbang faktor disrupsi yang masih akan terjadi pada rantai pasok komoditas dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News