Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki Mei, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergerak landai, ambles 1,61% ke posisi 7.117,42 pada Kamis (2/5). Di tengah tekanan IHSG, persaingan di papan atas emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar semakin sengit.
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mengokohkan diri sebagai emiten dengan market cap paling jumbo di Bursa Efek Indonesia (BEI) di awal Mei. Market cap BREN menembus Rp 1.321 triliun. Posisi ini didapat setelah BREN melonjak 7,05% ke level harga tertingginya di Rp 9.875 per saham pada perdagangan kemarin.
BREN memuncaki daftar market cap usai menyalip PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang kini berada di posisi kedua dengan kapitalisasi pasar Rp 1.166 triliun. Rangking ketiga diduduki PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan market cap Rp 714 triliun.
Kemudian di posisi keempat dan kelima ada saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA). Masing-masing memiliki market cap senilai Rp 709 triliun dan Rp 677 triliun.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham MTDL, DOID, ULTJ dan PTRO untuk Perdagangan Jumat (3/5)
Sementara peringkat keenam hingga sepuluh daftar market cap terbesar di BEI diisi oleh PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan pergeseran posisi market cap tak lepas dari pergerakan harga saham emiten. Reza mengingatkan, naik atau turun harga saham dipengaruhi oleh sentimen atau asumsi pelaku pasar terhadap kinerja emiten maupun prospek industri di sektor tersebut.
Sehingga, lonjakan harga saham maupun peningkatan market cap tidak selalu beriringan dengan fundamental emiten. "(Pergerakan harga saham) di market umumnya terkait dengan asumsi, persepsi dan ekspektasi yang sifatnya masa depan," kata Reza kepada Kontan.co.id, Kamis (2/5).
Contohnya BREN yang secara kinerja mengalami penurunan top line dan bottom line pada kuartal I-2024. Meski begitu, harga saham BREN tetap menanjak. Reza melihat kemungkinan saham BREN terangkat oleh prospek masa depan dari industri energi terbarukan.
"Ada ekspektasi kinerja," imbuhnya.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menambahkan, tren kenaikan harga saham Grup Barito milik Prajogo Pangestu seperti BREN dan TPIA kemungkinan dipicu oleh sentimen positif dari kabar ekspansi dan akuisisi yang dilakukannya. Arjun turut melihat lonjakan saham BREN dan TPIA sejauh ini belum mencerminkan performa fundamentalnya.
Sehingga pelaku pasar perlu mewaspadai aksi spekulasi yang mungkin mengiringi pergerakan saham tersebut.
"Jadi bergantung terhadap momentum sahamnya. Hanya saja belum tentu kapan momentum itu akan berubah dan mengalami pembalikan arah," ungkap Arjun.
Soal rotasi market caps, Arjun mengamati kenaikan peringkat BREN juga disebabkan oleh momentum saham-saham big caps lain yang sedang lesu. Terutama pada saham perbankan, dimana pelaku pasar tampak sedang mem-priced in untuk mempertimbangkan risiko dari bertahannya tingkat suku bunga acuan yang tinggi (higher for longer).
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto punya pandangan yang lain mengenai rotasi market cap di akhir bulan April hingga awal Mei ini. Pandhu menyoroti adanya efek dari evaluasi sejumlah indeks saham yang membuat investor maupun fund manager melakukan rebalancing.
Sekadar mengingatkan, BEI telah melakukan evaluasi terhadap sejumlah indek saham. Di antaranya LQ45 dengan periode konstituen yang mulai berlaku pada 2 Mei - 31 Juli 2024. Selain efek rebalancing, Pandhu menduga pergeseran market cap ini turut disebabkan oleh aksi profit taking.
Terutama pada saham perbankan yang sempat mencapai level all time high. Faktor lainnya, momentum dividen sudah berlalu, dan rilis kinerja keuangan kuartal I-2024 cenderung menunjukkan perlambatan.
Baca Juga: Usai Turun Dalam, IHSG Hari Ini Berpeluang Menguat
"Sehingga bisa jadi investor memilih waktu ini untuk melepas dulu, mungkin nanti akan buyback ketika harga sudah turun," sebut Pandhu.
Pandhu mengingatkan agar investor berhati-hati terhadap saham yang harganya melambung tapi tidak didukung dengan performa fundamental.
Dia menyarankan untuk profit taking terlebih dulu. Bisa akumulasi kembali jika valuasi sudah menarik atau ada potensi perbaikan kinerja yang signifikan.
Di sisi lain, momentum pasar saat ini bisa menjadi peluang mengoleksi saham dengan fundamental dan prospek menarik seperti BBRI, BMRI dan TLKM.
Arjun sepakat, situasi ini bisa menjadi momentum membeli bertahap saham-saham undervalued seperti big caps perbankan.
Sedangkan Reza menilai investor masih bisa mengikuti sentimen dan tren pasar (follow the market). Saham big caps pilihan Reza adalah BREN dan AMMN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News