kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada risiko gelombang kedua Covid-19, besok rupiah berpotensi melemah tipis


Senin, 15 Juni 2020 / 22:53 WIB
Ada risiko gelombang kedua Covid-19, besok rupiah berpotensi melemah tipis
ILUSTRASI. Teller Bank menghitung mata uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (7/4). Rupiah berhasil membalikkan keadaan dan ditutup menguat pada perdagangan hari ini. Selasa (7/4), rupiah di pasar spot menguat ke level Rp 16.200 per dolar Amerika Serikat


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen penyebaran virus Korona atau Covid-19 belum juga mereda, berpotensi menekan pergerakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa (16/9). Meskipun begitu, pelemahan diprediksi cenderung terbatas, lantaran pemerintah juga akan menerbitkan lelang Surat Utang Negara (SUN).

Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Senin (15/6) rupiah ditutup menguat 0,13% ke level Rp 14.115 per dollar AS dari penutupan sebelumnya. Sedangkan pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor, rupiah justru menguat 0,2% atau 29 poin menjadi Rp 14.228 per dollar AS.

Baca Juga: Rupiah berpeluang melemah pada Selasa (16/6) karena sejumlah penyebab berikut

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menegaskan rupiah berhasil menguat tipis di saat sebagian besar mata uang Asia bergerak melemah terhadap dollar AS. Adapun alasan dollar AS perkasa pada perdagangan hari ini (15/6) lantaran meningkatnya risiko penyebaran Covid-19 gelombang kedua meningkat, tercermin dari naiknya kasus di Amerika Serikat (AS) dan China, khususnya klaster baru di Beijing.

"Sentimen second wave COVID-19 tersebut mendorong pelemahan yuan Tiongkok terhadap dollar AS yang diikuti oleh pelemahan sebagian besar mata uang Asia lainnya," ungkap Josua kepada Kontan, Senin (15/6).

Sementara itu, pasar saham regional Asia bergerak koreksi dan diikuti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup melemah -1,3% ke level 4.816. Selain itu, investor global juga gencar memburu safe haven asset seperti US treasury, yen Jepang dan franc Swiss. 

Di sisi lain, meskipun rilis data neraca perdagangan Mei tercatat surplus US$ 2,09 miliar, namun belum mendorong sentimen membaik sepenuhnya. Apalagi, surplus tersebut kebanyakan didorong penurunan laju impor yang cukup dalam ketimbang ekspor.

Baca Juga: Surplus necara dagang akan jadi senjata rupiah melawan dolar AS, Selasa (16/6)

"Ini mengindikasikan bahwa aktivitas perekonomian domestik cenderung melambat signifikan. Secara umum, kekhawatiran investor global terkait gelombang kedua COVID-19 di berbagai negara seperti AS, Jepang dan China diperkirakan akan mempengaruhi sentimen di pasar keuangan global," paparnya. 

Untuk itu, Josua memperkirakan pergerakan mata uang Garuda cenderung akan tertekan besok (16/6), namun  terbatas mengingat pemerintah akan kembali mengadakan lelang SUN Selasa (16/6). Bahkan, lelang kali ini diprediksi masih akan menarik minat investor termasuk investor asing di pasar perdana. 

"Oleh sebab itu, rupiah diperkirakan akan berada di rentang Rp 14.100 per dollar AS hingga Rp 14.300 per dollar AS," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×