kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.265   -85,00   -0,53%
  • IDX 7.073   -92,58   -1,29%
  • KOMPAS100 1.039   -16,65   -1,58%
  • LQ45 818   -13,93   -1,67%
  • ISSI 212   -2,57   -1,20%
  • IDX30 421   -5,97   -1,40%
  • IDXHIDIV20 506   -5,92   -1,16%
  • IDX80 118   -2,08   -1,73%
  • IDXV30 121   -1,72   -1,40%
  • IDXQ30 139   -1,80   -1,29%

Ada Pertemuan FOMC Pekan Ini, Cermati Pengaruhnya ke Kinerja Reksadana


Kamis, 30 Januari 2025 / 11:30 WIB
Ada Pertemuan FOMC Pekan Ini, Cermati Pengaruhnya ke Kinerja Reksadana
ILUSTRASI. Keputusan the Fed di pertemuan pekan ini kemungkinan tidak berdampak signifikan bagi pergerakan aset reksadana. Pelaku pasar masih memantau lebih lanjut rencana pemangkasan suku bunga untuk tahun 2025.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Keputusan the Fed di pertemuan pekan ini kemungkinan tidak berdampak signifikan bagi pergerakan aset reksadana. Pelaku pasar masih memantau lebih lanjut rencana pemangkasan suku bunga untuk tahun 2025.

Seperti diketahui, Federal Reserve alias the Fed dijadwalkan melangsungkan pertemuan pada 28-29 Januari 2025. Bank sentral Amerika Serikat (AS) itu kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,25% - 4,5%.

Pelaku pasar akan memantau pertemuan tersebut dengan cermat untuk mengetahui sinyal apa pun tentang rencana Fed untuk tahun 2025. Pada bulan Desember 2024 lalu, bank sentral mengindikasikan pemangkasan hanya dua pengurangan seperempat poin tahun ini.

Baca Juga: Dolar AS yang Kuat Mengangkat Prospek Reksadana Offshore

Direktur PT Panin Asset Management (Panin AM), Rudiyanto mengatakan, keputusan the Fed di pertemuan Januari kemungkinan tidak akan berpengaruh signifikan bagi pergerakan pasar. Hal itu karena pelaku pasar lebih mengkhawatirkan arah suku bunga selanjutnya.

Namun, jika berkaca pada pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) di Januari, reksadana pendapatan tetap dengan mayoritas surat utang negara relatif diuntungkan. Hal itu karena penurunan suku bunga dapat meningkatkan harga obligasi yang menjadi underlying asset dari reksadana pendapatan tetap.

‘’Dari pergerakan harga, reksadana pendapatan tetap dengan mayoritas obligasi negara mencatatkan kenaikan cukup baik, setelah berita BI Rate turun,’’ ujar Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Senin (27/1).

Sementara itu, reksadana saham cenderung stagnan usai Bank Indonesia memangkas suku bunga. Kabar tersebut tidak berefek signifikan bagi pergerakan pasar saham yang tercermin dari IHSG, terutama anggota indeks IDX30 dan LQ45.

Rudiyanto mengamati, kinerja reksadana saham masih bergerak datar sejalan dengan dana asing yang belum berbalik ke pasar saham domestik. Terutama, saham-saham kategori indeks IDX30 dan LQ45 yang banyak menjadi portofolio aset reksadana saham di Indonesia.

Baca Juga: Kinerja Berbalik Arah, Reksadana Campuran Pimpin Penguatan Sepekan, Ini 5 Terbaiknya

Menurut Rudiyanto, reksadana saham akan lebih diuntungkan, jika dana asing masuk kembali ke Indonesia yang tercermin dari naiknya indeks saham pilihan dalam IDX30 dan LQ45. Tetapi, jika asing masih ragu masuk, maka perlu strategi stock picking berdasarkan fundamental saham tersebut.

Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Eri Kusnadi menjelaskan bahwa ditahannya suku bunga acuan The Fed akan menciptakan selisih suku bunga menyempit dengan Bank Indonesia. Jika sesuai ekspektasi, Fed Rate akan tetap di posisi 4,25%-4,5%, sedangkan BI Rate di posisi 5,75%.

Adapun dampak selisih suku bunga Fed dan BI yang menyempit antara lain bisa memicu pergerakan arus modal asing keluar dari Indonesia. Terjadinya arus keluar (outflow) akan berefek pada koreksi nilai tukar, serta menyeret pelemahan di saham dan obligasi.

Kendati demikian, Eri mencermati, sejauh ini pasar saham masih berkinerja cukup positif di kondisi suku bunga acuan BI dan Fed berpotensi kian menyempit. Sementara itu, pasar obligasi bergerak cenderung datar.

Pelemahan pasar saham sebelumnya dinilai lebih dipengaruhi kekhawatiran perang dagang yang disampaikan oleh Donald Trump. Presiden AS terpilih itu akan menjalankan kebijakan pro pertumbuhan ekonomi AS dan anti emerging market.

Baca Juga: Suku Bunga BI Dipangkas, Begini Pengaruhnya ke Reksadana Saham, Akankah Diuntungkan?

‘’Pasar saham juga tergantung ekonomi secara keseluruhan, pertumbuhan PDB ataupun pertumbuhan laba dari perusahaan terkait,’’ ujar Eri kepada Kontan.co.id, belum lama ini.

Eri memandang bahwa arah suku bunga global memang belum cukup jelas. Namun kepastian arah bunga tersebut lebih kepada besaran pemangkasan suku bunga, bukan lagi memperdebatkan suku bunga bakal naik atau turun.

Kemungkinan terburuknya, jika suku bunga The Fed masih bertahan tinggi dalam jangka waktu lama atau disebut higher for longer, maka reksadana berbasis obligasi bisa dilirik. Terutama bagi investor yang baru masuk bisa mendapatkan posisi harga sedikit lebih mudah dan yield lebih tinggi.

‘’Saya rasa dengan higher for longer artinya para investor yang mau masuk ke pasar modal, khususnya di pasar obligasi, harusnya masih bisa berkesempatan mendapatkan imbal hasil lebih tinggi,’’ sebut Eri.

Berdasarkan data Infovesta, Reksadana pasar uang mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan tertinggi selama 2024. Indeks reksadana pasar uang mencatat pertumbuhan return sebesar 4,63% ytd, disusul pertumbuhan indeks Reksadana Pendapatan Tetap sebesar 3,30% ytd.

Sementara itu, reksadana campuran dan reksadana saham tercatat koreksi. Indeks reksadana campuran melaporkan return turun 1,05% ytd, sedangkan indeks reksadana saham imbal hasilnya merosot 8,87% ytd selama 2024.

Selanjutnya: Trump Ambil Hak Bayi Lahir di AS, Para Ibu Hamil Layangkan Gugatan Hukum

Menarik Dibaca: Tiktok dan Sejiwa Foundation Dorong Orang Tua Dukung Keamanan Digital Remaja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×