Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah daerah DKI Jakarta menerapkan Peraturan Gubernur No 142 tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan. Kebijakan yang berlaku mulai 1 Juli 2020 itu melarang penggunaan kantong belanja plastik sekali pakai atau kresek di toko swalayan, pedagang, atau pemilik toko di dalam pusat pembelanjaan dan pasar.
Lebih dari dua pekan aturan tersebut berjalan, emiten produsen barang plastik kemasan PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) mengaku belum merasakan dampaknya. Padahal sasaran pasar emiten berkode PBID itu didominasi oleh tradisional hingga 86%. Sebesar 4% lainnya merupakan segmen modern. Sementara segmen industri dan ekspor masing-masing tercatat 5%.
Asal tahu saja, emiten yang melantai di bursa sejak tahun 2017 memiliki beberapa merek kresek kantong plastik seperti Tomat, Bangkuang, Jeruk, Cabe,222, 007, Wayang, Gapura, Sparta, Liberty, Dayana, Dayak, dan PB.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Panca Budi Idaman, Lukman Hakim, mengungkapkan kebijakan itu belum terasa dampaknya karena kantong plastik kresek di Jakarta berkontribusi kurang dari 5% terhadap penjualan. Adapun sejauh ini pihaknya masih melakukan monitoring terhadap kondisi pasar. "Sejalan dengan itu, kami meningkatkan kemasan plastik food grade yang masih dibutuhkan masyarakat," ungkap Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (17/7).
Baca Juga: Permintaan Plastik Masih Besar, PBID Perluas Produk dan Pasar
Diakui oleh Lukman, sejak tahun lalu PBID mulai melakukan diversifikasi produk seperti plastik food grade, kertas nasi, dus kue, dan gelas plastik. Selain karena pembatasan penggunaan kresek, diversifikasi produk ini juga digencarkan sebagai siasat menghadapi pandemi Covid-19. Apalagi, berkaca dari tahun lalu, kontribusi penjualan dari diversifikasi produk ini cukup baik.
"Kertas nasi, dus kue, gelas plastik, dan food pack mengalami kenaikan penjualan hampir 35% pada tahun 2019 dibanding 2018. Ke depan kami yakin akan terus growth dan terus berkembang," imbuh Lukman.
Adapun diversifikasi itu menyasar segmentasi pasar seperti pasar tradisional, usaha kecil dan menengah (UKM), sektor makanan dan minuman, e-commerce, dan online food delivery.
Baca Juga: Panca Budi Idaman (PBID) fokus jaga rasio utang sekitar 38%-40%
Walaupun industri kemasan plastik menghadapi berbagai tantangan, Lukman tetap optimistis tahun ini bisa mencatatkan kenaikan penjualan hingga 10%. Sebab, kemasan plastik hasil produksi PBID masih diperlukan dalam berbagai bidang usaha seperti makanan dan minuman, pasar tradisional, UKM, e-commerce, juga online food delivery. Adapun margin laba bersih PBID juga diperkirakan bisa berada di atas 7% tahun ini.
Ia juga percaya kemasan plastik masih memiliki prospek yang baik ke depan. Pasalnya, plastik masih menjadi kemasan paling praktis, mudah didapat, harganya lebih murah, lebih ringan, dan mudah digunakan.
"Selain itu, industri kemasan plastik adalah industri padat karya yang menciptakan lapangan kerja. Ini sesuai dengan tujuan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja," imbuh Lukman.
Baca Juga: Penjualan turun 18,74% di kuartal I-2020, ini penjelasan Panca Budi Idaman (PBID)
Oleh karenanya, ke depan PBID juga masih optimistis penguasaan pasarnya bisa ditingkatkan. Saat ini, PBID setidaknya menguasai kurang lebih 30% dari industri plastik di dalam negeri. Akan tetapi peningkatan penguasaan pasar akan menunggu kondisi pasar lebih stabil.
Sempat dijelaskan kepada Kontan.co.id sebelumnya, saat ini fokus PBID cenderung untuk menjaga debt to equity ratio (DER). Oleh karenanya, PBID belum akan melakukan aksi korporasi apapun di sisa tahun ini.
Terkait rencana peningkatan kapasitas produksi, di akhir tahun 2020 PBID yakin bisa memiliki kapasitas hingga 121.000 ton. Jumlah ini meningkat jika dibanding kapasitas tahun sebelumnya yang mencapai 117.000 ton.
Baca Juga: Produsen Kemasan Memacu Diversifikasi Produk
Pembelian mesin untuk mencapai target itu sudah dilakukan sebelumnya. Hanya saja, pembangunan gedung pabrik yang terletak di Pemalang, Jawa Tengah terpaksa tertunda karena pandemi Covid-19. Rencananya pembangunan itu akan diselesaikan di semester II ini, mundur dari target sebelumnya di semester I 2020. Asal tahu saja, sejauh ini utilitas pabrik PBID berada di kisaran 80%.
Adapun mengutip dari laporan keuangannya bulan pertama 2020, PBID mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 979,47 miliar, turun 18,72% jika dibanding kuartal sama tahun 2019 yang mencapai Rp 1,21 triliun. Sementara laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ikut terkikis 3,24% year on year menjadi Rp 61,56 miliar dari Rp 63,62 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News