Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
Walau harga batubara sedang mengalami tekanan, ke depan Catherine cukup yakin masih terdapat peluang untuk mengalami penguatan. Faktor musim dingin yang akan mendorong peningkatan permintaan menjadi penyebabnya. Di satu sisi, strategi perusahaan batubara yang memangkas target produksi di tengah kondisi saat ini dinilai Catherine juga sudah cukup bijak.
Sedangkan, Andy masih mempertahankan proyeksi harga batubara pada tahun ini di level US$ 65 per ton. Pada tahun depan, Andy memperkirakan, harga batubara akan mengalami perbaikan dan berada di level US$ 70 per ton.
Dengan berbagai situasi saat ini, Catherina pun menjadikan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai top pick. Pertimbangannya adalah hanya PTBA yang baru memiliki dua pabrik hilirisasi di Lampung dan Sumatera Selatan. Lebih lanjut, PTBA sudah berencana melakukan gasifikasi karena ada kerja sama dengan pemerintah untuk program gasifikasi dan masih dalam proses studi kelayakan.
Sementara Dessy menilai, PTBA adalah emiten yang diuntungkan oleh efek omnibus law soal hilirisasi karena PTBA sedang dalam proses pembangunan pabrik Dimethyl Ether (DME). Lalu ADRO yang paling diuntungkan oleh sentimen China yang telah menghentikan impor batubara dari Australia.
Selanjutnya: Hubungan kian panas, China menyetop impor batubara dari Australia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News