Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semester II 2020 mendatang, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pelaksanaan subsidi tertutup Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kg. Nantinya, penjualan LPG hanya akan menyasar warga berpenghasilan rendah. Melihat hal ini, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mengakui jaringan gas bumi rumah tangga merupakan salah satu opsi solusi dari penerapan kebijakan pemerintah.
"Perusahaan Gas Negara (PGN) siap untuk menjadi mitra pemerintah dalam pembangunan jaringan gas bumi rumah tangga yang akan membantu negara dalam menekan defisit neraca migas," kata Sekertaris Perusahaan Perusahaan Gas Negara Rachmat Hutama kepada Kontan.co.id, Kamis (16/1).
PGN tengah berkoordinasi aktif dengan semua stakeholder untuk mempersiapkan akselerasi pembangunan jaringan gas rumah tangga (jargas) ke depan. Sesuai dengan penugasan dari pemerintah, tahun 2020 PGN akan membangun jargas dengan dana APBN sebanyak kurang lebih 266.000 sambungan rumah tangga (SRT) di 49 kota/ kabupaten. Pengembangan jargas dengan dana mandiri di tahun 2020 adalah sebanyak 50.000 SRT, dilanjutkan 580.000 SRT di 2021.
Baca Juga: Demi turunkan harga gas industri, pemerintah siap arahkan KKKS jual LNG ke PGN
PGN mengatakan ini sejalan dengan rencana jangka pendek pemerintah yang akan mengembangkan 10 juta SRT melalui beberapa opsi pembangunan yang melibatkan BUMN, swasta dan kemitraan termasuk APBN.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu melihat, jargas ke rumah tangga memang termasuk bisnis ritel yang tengah didorong oleh PGAS, termasuk jargas ke restoran. Akan tetapi, pihaknya menilai ekspektasi penambahan jargas ke rumah tangga belum mendorong PGAS secara signifikan. "Bukan merupakan key driver terhadap revenue PGAS," kata Dessy kepada Kontan.co,id, Kamis (16/1).
Baca Juga: Tekan harga gas industri, Kementerian ESDM tak ingin ambil risiko impor
Dia menambahkan, sentimen yang bisa mendorong PGAS apabila ada kenaikan harga gas untuk ke konsumen terbesarnya, yakni industri terjadi. Sementara untuk sentimen pemberatnya, jika PGAS tidak berhasil menambah blok-blok migas Saka yang hilang pada tahun lalu, maka akan terjadi penurunan pasokan.
Dessy merekomendasikan hold saham PGAS dengan target harga Rp 2.900. Asal tahu saja, per hari ini, saham PGAS turun 0,49% atau Rp 10 ke level Rp 2.030. Sejak awal tahun, saham ini melorot 6,45%.
Sementara itu, analis Kresna Sekuritas Timothy Gracianov menilai, harga menggunakan jaringan gas PGN sebenarnya lebih baik dibandingkan LPG. Sayangnya, infrastruktur belum siap dan masih dalam proses pengerjaan.
Meskipun jargas berpotensi dimanfaatkan oleh banyak orang, menurut Timothy proyek jargas dinilai tidak begitu profitable atau menguntungkan berdasarkan hitungannya. " Kami lagi menunggu kepastian fomula harga gas untuk industri," kata dia, Kamis (16/1).
Timothy merekomendasikan untuk hold saham PGAS dengan target harga Rp 2.100.
Baca Juga: Siap jadi agregator, PGN (PGAS) dukung DMO dan pengembangan infrastruktur gas
Berbeda dengan dua analis sebelumnya, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menyarankan akumulasi beli dengan estimasi target harga jangka menengah di level Rp 2.570.
"Berdasarkan perspektif teknikal, pergerakan harga saham PGAS pada weekly chart berpotensi rebound dari batas bawah pada garis triangle," kata Nafan dalam riset, Kamis (16/1).
Nafan melihat, pengembangan compressed natural gas (CNG) yang dilakukan oleh PGAS memang mutunya lebih baik dibandingkan LPG. Selain itu, kenaikan harga gas industri bisa menjadi katalis positif bagi kinerja keuangan PGAS.
Baca Juga: Beri pinjaman US$ 593,92 juta ke anak usaha, PGAS pastikan bisnisnya tak terpengaruh
Berdasar hasil risetnya, pendapatan PGAS diprediksi meningkat di akhir tahun 2019 dan 2020, masing-masing menjadi US$ 4,06 miliar dan US$ 4,42 miliar. Padahal tahun 2018, PGAS mencatatkan pendapatan US$ 3,87 miliar. Sementara itu, labanya diproyeksi juga akan meningkat dari US$ 305 juta di tahun 2018, menjadi US$ 333 juta di tahun 2019 dan US$ 363 juta di tahun 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News