Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sementara itu, analis Kresna Sekuritas Timothy Gracianov menilai, harga menggunakan jaringan gas PGN sebenarnya lebih baik dibandingkan LPG. Sayangnya, infrastruktur belum siap dan masih dalam proses pengerjaan.
Meskipun jargas berpotensi dimanfaatkan oleh banyak orang, menurut Timothy proyek jargas dinilai tidak begitu profitable atau menguntungkan berdasarkan hitungannya. " Kami lagi menunggu kepastian fomula harga gas untuk industri," kata dia, Kamis (16/1).
Timothy merekomendasikan untuk hold saham PGAS dengan target harga Rp 2.100.
Baca Juga: Siap jadi agregator, PGN (PGAS) dukung DMO dan pengembangan infrastruktur gas
Berbeda dengan dua analis sebelumnya, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menyarankan akumulasi beli dengan estimasi target harga jangka menengah di level Rp 2.570.
"Berdasarkan perspektif teknikal, pergerakan harga saham PGAS pada weekly chart berpotensi rebound dari batas bawah pada garis triangle," kata Nafan dalam riset, Kamis (16/1).
Nafan melihat, pengembangan compressed natural gas (CNG) yang dilakukan oleh PGAS memang mutunya lebih baik dibandingkan LPG. Selain itu, kenaikan harga gas industri bisa menjadi katalis positif bagi kinerja keuangan PGAS.
Baca Juga: Beri pinjaman US$ 593,92 juta ke anak usaha, PGAS pastikan bisnisnya tak terpengaruh
Berdasar hasil risetnya, pendapatan PGAS diprediksi meningkat di akhir tahun 2019 dan 2020, masing-masing menjadi US$ 4,06 miliar dan US$ 4,42 miliar. Padahal tahun 2018, PGAS mencatatkan pendapatan US$ 3,87 miliar. Sementara itu, labanya diproyeksi juga akan meningkat dari US$ 305 juta di tahun 2018, menjadi US$ 333 juta di tahun 2019 dan US$ 363 juta di tahun 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News