Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Lebih lanjut, manajemen INCO mengumumkan bahwa penggunaan High Sulphur Fuel Oil (HSFO) per ton nikel yang diproduksi di kuartal I-2020 turun 10% (qoq) dan 11% (yoy) menjadi 333.157 barel. Di sisi lain, konsumsi diesel dan batubara oleh INCO di kuartal I-2020 meningkat masing-masing 9% (qoq) dan 2% (qoq) dibandingkan kuartal sebelumnya menjadi 20.337 kiloliter dan 92.429 ton.
Sementara itu, produksi nikel dalam matte INCO naik 35% (yoy) menjadi 17.614 metrik ton di kuartal I-2020. Namun, hasil ini lebih rendah 14% (qoq) dibandingkan kuartal IV-2019 mengingat adanya aktivitas pemeliharaan yang terencana di pabrik perusahaan.
“Melihat pencapaian sejauh ini dan dengan asumsi tidak ada dampak besar dari virus corona pada operasional perusahaan, kami yakin dapat mempertahankan tingkat produksi di tahun 2020,” papar Nico.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) tetap kejar target produksi 71.000 ton nikel matte tahun ini
Selain itu, kas setara kas INCO per 31 Maret 2020 tercatat sebesar US$ 292,8 juta atau naik US$ 43,8 juta dari saldo pada 31 Desember 2019. Hal ini disebabkan pengeluaran kas yang lebih rendah terkait belanja modal INCO di kuartal I-2020 sebesar US$ 33 juta dibandingkan dengan US$ 57,7 juta yang dikeluarkan pada kuartal IV-2019.
Nico juga menyampaikan, pada 31 Maret 2020, INCO bersama para pemegang sahamnya yakni Vale Candan Limited dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd serta PT Indonesia Asaham Aluminium (Persero) telah menyetujui perpanjangan tenggat waktu penandatanganan perjanjian-perjanjian definitif terkait divestasi sampai akhir Mei 2020.
INCO akan tetap fokus pada berbagai inisiatif penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing perusahaan dalam jangka panjang tanpa mengkompromikan nilai utama, yakni keselamatan jiwa dan kelestarian bumi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News